TRIBUNNEWS.COM - Ketika perang di Gaza terus berlanjut, muncul kekhawatiran akan pecahnya perang Timur Tengah lainnya.
Israel dan kelompok Lebanon, Hizbullah, yang didukung Iran telah saling serang di perbatasan selama sembilan bulan terakhir.
Konflik Israel dan Hizbullah yang meningkat dikhawatirkan akan menjadi perang habis-habisan.
Perang itu kemungkinan akan menarik milisi yang didukung Iran di Irak dan Yaman.
Selain itu, konflik Israel dan Hizbullah juga ditakutkan akan menyebarkan bara api di Timur Tengah dan melibatkan Amerika Serikat (AS).
Iran sendiri juga dapat campur tangan secara langsung.
Dilansir BBC, Perserikatan Bangsa-Bangsa kini telah memperingatkan tentang “bencana yang tidak terbayangkan”.
Ledakan terjadi di kota kuno Tirus, Lebanon, saat Hizbullah dan Israel saling tembak di perbatasan sejauh 25 kilometer (15 mil).
"Hari yang lain, hari yang lain lagi," kata warga bernama Roland (49), yang tinggal di luar negeri tetapi kembali ke rumah untuk berlibur.
"Kami mulai terbiasa dengan hal itu selama berbulan-bulan," kata temannya, Mustafa (39).
"Meskipun anak-anak masih sedikit takut," lanjut dia.
Baca juga: Hizbullah Ngamuk, Kirim 200 Roket Katyusha seusai Drone Israel Tewaskan 5 Orang di Lebanon
Dikutip dari Reuters, Hizbullah telah menembakkan roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas dengan sekutu Palestina-nya, Hamas, sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023.
Serangan itu memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di Israel, di mana tekanan politik semakin meningkat untuk tindakan yang lebih keras.
Puluhan ribu warga Lebanon juga telah meninggalkan rumah mereka, menyusul serangan Israel di Lebanon selatan.
Hizbullah telah mengindikasikan pihaknya tidak menginginkan konflik yang lebih luas, meskipun mereka telah terus menggunakan persenjataan yang lebih kuat.
Hizbullah memiliki ribuan pejuang, banyak di antaranya berpengalaman dalam perang saudara Suriah, dan persenjataan puluhan ribu rudal yang mampu menghantam kota-kota di seluruh Israel.
Negara ini juga memiliki armada besar pesawat tanpa awak.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, setidaknya 48 orang tewas dalam tiga serangan udara Israel dalam waktu kurang dari satu jam pada hari Selasa, kata badan pertahanan sipil Gaza.
Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 25 orang di sekolah yang dikelola PBB di daerah Nuseirat, Gaza tengah, 18 orang tewas di Khan Younis selatan, dan lima orang tewas di Beit Lahiya di Gaza utara, menurut laporan.
PBB mengatakan serangan Israel menghantam dekat pusat operasi gabungan di Deir el-Balah, tempat Israel mengoordinasikan tanggapan bantuan kemanusiaan di Gaza.
Dalam sembilan bulan perang, 70 persen sekolah UNRWA di Gaza kini telah dibom dan 539 orang yang berlindung di dalam gedungnya telah tewas.
Baca juga: Arti Keikutsertaan Palestina di Olimpiade Paris 2024, Simbol Penderitaan dan Pembantaian di Gaza
Setidaknya 18 orang tewas dalam serangan Israel di dekat tenda-tenda yang menampung keluarga-keluarga terlantar di Khan Younis, sementara setidaknya 25 orang lainnya tewas dalam serangan terhadap sebuah sekolah di kamp Nuseirat.
Badan pengungsi Palestina PBB mengatakan bahwa 70 persen sekolahnya di Gaza telah dibom dan 539 orang yang berlindung di tempatnya telah tewas.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, sekarang adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan tekanan lebih besar terhadap Hamas, di tengah meningkatnya serangan mematikan Israel terhadap warga sipil di Gaza.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan dia tidak yakin serangan Israel ada kaitannya dengan kesepakatan gencatan senjata, saat ditanya tentang klaim Hamas bahwa serangan itu merupakan upaya untuk menggagalkan perundingan gencatan senjata.
Setidaknya 38.713 orang tewas dan 89.166 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober diperkirakan mencapai 1.139, dan puluhan orang masih ditawan di Gaza.
(Tribunnews.com/Nuryanti)