Pada Desember 2019 silam, Negara Turki diketahui memasukkan nama mantan pemimpin Fatah Palestina, Mohammed Dahlan, ke dalam daftar teratas teroris yang paling dicari untuk hubungan dengan Fetullah Terrorist Organization (FETO).
Dahlan dicari dengan hadiah hingga 10 juta lira Turki (sekitar Rp 24 miliar).
Tuduhan Turki untuk Mohammed Dahlan bukanlah tuduhan pertama terhadapnya.
Dilansir dari Serambi Indonesia yang mengutip Anadolu, Dahlan dianggap memiliki sejarah panjang merencanakan revolusi Arab Spring alias Musim Semi Arab di sejumlah negara di kawasan timur tengah dan Afrika Utara.
Dia dituduh mengambil bagian dalam kontra-revolusi yang bertujuan menjegal kelompok-kelompok Islam, terutama Ikhwanul Muslimin, dari meraih kekuasaan di negara mereka, seperti yang terjadi di Mesir.
Pada 2012, Dahlan bekerja sama dengan Menteri Pertahanan Abdel Fattah al-Sisi saat itu untuk menggulingkan Mohamed Morsi, presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis.
Namanya juga muncul di Libya yang dilanda konflik, tempat dia mendukung, atas nama Uni Emirat Arab, komandan militer kontroversial Khalifa Haftar di Libya timur.
Dahlan, mantan pejabat keamanan terkenal dan operator politik yang berbasis di Abu Dhabi, telah bersembunyi selama bertahun-tahun dalam bayang-bayang politik Palestina.
Diusir Fatah
Dilahirkan pada 1961 di Khan Yunis di Jalur Gaza, Dahlan mengepalai aparat Keamanan Preventif Palestina di Gaza dari 1995 hingga 2000, mengikuti pembentukan Otoritas Palestina pada 1994.
Selama bertahun-tahun, pasukannya terlibat dalam aksi kekerasan dan intimidasi terhadap kritik, jurnalis dan anggota kelompok oposisi, terutama dari Hamas dan Jihad Islam, memenjarakan anggota kedua kelompok tanpa tuduhan resmi.
Sejumlah tahanan tewas dalam keadaan mencurigakan selama atau setelah interogasi oleh pasukan Dahlan.
Pada 2007, Dahlan meninggalkan Gaza menuju kota Ramallah di Tepi Barat, setelah Hamas mengalahkan upayanya yang didukung AS untuk menggagalkan kontrol Hamas di jalur Gaza.
Presiden A.S. George W. Bush menggambarkan Dahlan pada waktu itu sebagai “anak kami”.
Di Ramallah pada 2011, Dahlan diusir dari Fatah setelah berselisih dengan Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas.