TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghalang-halangi upaya evakuasi 150 anak-anak Palestina yang terluka di Gaza yang akan diterbangkan menggunakan pesawat menuju rumah sakit di Uni Emirat Arab untuk menjalani perawatan.
Belum diketahui apakah pesawat tersebut dijadwal ulang dan kapan penerbangan akan dilakukan.
Benjamin Netanyahu memutuskan kembali ke Israel dari Amerika Serikat lebih awal untuk membahas ledakan baru-baru ini di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel yang menewaskan 12 anak Arab Druze.
Pekan lalu, Netanyahu menginstruksikan pemerintahannya untuk mengembangkan rencana memindahkan pasien keluar dari Gaza dan ke negara ketiga.
Mengutip pejabat pemerintah, media Israel melaporkan pada hari Minggu bahwa Netanyahu membuat keputusan tersebut setelah ledakan di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 anak Arab Druze.
Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan tersebut, namun kelompok Lebanon tersebut membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa yang jatuh di lapangan adalah rudal pertahanan udara Israel.
Dataran Tinggi Golan adalah bagian dari Suriah dan telah diduduki secara ilegal oleh Israel sejak tahun 1967 dan secara sepihak dianeksasi oleh Israel pada tahun 1981, sebuah tindakan yang dikutuk oleh Dewan Keamanan PBB.
Keputusan awal untuk mengevakuasi anak-anak yang sakit dan terluka muncul setelah kelompok hak asasi manusia Physicians for Human Rights - Israel mengajukan petisi ke pengadilan tinggi negara tersebut meminta perintah pengadilan untuk memaksa pemerintah mengevakuasi anak-anak yang sakit dan terluka.
The Physicians for Human Rights (Dokter untuk Hak Asasi Manusia) mengecam keputusan Netanyahu, dan menyebutnya sebagai “permainan kejam yang dilakukan pemerintah Israel terhadap nyawa anak-anak.”
Mereka menegaskan, tragedi Dataran Tinggi Golan “tidak boleh dieksploitasi untuk tujuan politik yang sinis; membahayakan nyawa anak-anak yang sakit di Gaza tidak akan membawa kembali anak-anak di wilayah utara.”
Sidang pengadilan mengenai petisi kelompok tersebut dijadwalkan pada 4 Agustus. Pekan lalu, Netanyahu membatalkan rencana yang diperintahkan oleh menteri pertahanan Israel untuk membangun rumah sakit lapangan untuk anak-anak di Gaza.
Menurut perkiraan pada akhir bulan Juni oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, hampir 15.000 anak telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober.
“Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak, ribuan lainnya hilang, nasib mereka tidak diketahui,” kata Direktur Regional Save the Children untuk Timur Tengah Jeremy Stoner.
'“Harus ada penyelidikan independen dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban," tegasnya.