"Tidak ada yang namanya solusi militer," kata Hennis-Plasschaert.
Serangan hari Selasa di Beirut memicu kecaman luas oleh pejabat Lebanon dan sekutu regional Hizbullah termasuk Hamas di Gaza, Houthi di Yaman, Suriah, dan Iran, yang mendukung ketiga kelompok tersebut.
Setelah serangan di Beirut, militer Israel mengatakan tidak akan mengeluarkan instruksi baru untuk pertahanan sipil di daerahnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa Israel tidak berencana untuk melakukan serangan lebih lanjut dalam waktu dekat.
Channel 12 Israel mengutip seorang pejabat mengatakan bahwa Israel tidak menginginkan perang habis-habisan.
Baca juga: Lebanon Siaga, Hizbullah Siap Pasang Badan Bakal Serbu Galilea jika Israel Lakukan Serangan
Media Israel melaporkan bahwa, tergantung pada reaksi Hizbullah, militer menganggap serangan Beirut sebagai respons terakhir terhadap serangan Dataran Tinggi Golan.
Militer Israel mengatakan ada sekitar 25 roket yang diluncurkan dari Lebanon selatan ke Israel utara sepanjang hari.
Petugas medis melaporkan seorang pria berusia 30 tahun di komunitas koperasi Kibbutz Hagoshrim tewas.
Hamas Peringatkan Israel
Menanggapi serangan di Beirut, Hamas menyebut serangan balasan IDF merupakan eskalasi berbahaya.
Kelompok proksi Iran Hamas, yang beroperasi di Lebanon dan Gaza mengatakan pihaknya mengutuk keras agresi brutal Israel terhadap Lebanon.
"Kami menganggapnya sebagai eskalasi berbahaya yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab pendudukan Nazi-Zionis," katanya, dikutip dari The Jerusalem Post.
Baca juga: Sosok Muhsin Shukr, Panglima Hizbullah yang Selamat dalam Serangan Israel, Kepalanya Dihargai Rp81 M
Serangan itu terjadi saat Hamas dan Israel sedang merundingkan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken berbicara dengan mitranya dari Mesir, Badr Abdelatty tentang kesepakatan tersebut pada hari sebelumnya.
Blinken “menekankan pentingnya perjanjian gencatan senjata untuk memajukan stabilitas regional yang lebih luas, termasuk dengan membuka kemungkinan solusi diplomatik untuk konflik di seberang Garis Biru” di perbatasan utara Israel dengan Lebanon.