Menteri Keuangan Israel: Perang akan Berakhir Setelah Hamas dan Hizbullah Dihancurkan
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich kembali menegaskan penolakannya untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dalam negosiasi gencatan senjata dengan gerakan Hamas dalam Perang Gaza.
Smotrich bahkan menyerukan untuk melancarkan perang skala besar terhadap Lebanon.
Baca juga: Analis Militer Israel: IDF Tempur di Multi-Front dengan Tentara yang Ngos-ngosan di Gaza dan Lebanon
“Kita sekarang membayar harga selama 30 tahun dari persepsi yang salah, karena tidak siap membayar harga perang, dan karena itu kita membuat monster perlawanan di Gaza dan Lebanon semakin kuat, dan ini berakhir selama masa jabatan kita, dan perang harus berakhir hanya ketika Hamas dan Hizbullah tidak ada,” kata Smotrich dalam sebuah wawancara dengan 103FM, Kamis (5/9/2024) dilansir Memo.
“Saya dipukuli selama demonstrasi menentang Perjanjian Oslo ketika saya masih di kelas delapan, dan Shin Bet menangkap saya ketika saya mencoba menahan diri dari tindakan bodoh yang mengerikan untuk mengevakuasi Gush Katif,” tambahnya, mengacu pada penarikan Israel dari Gaza pada tahun 2005.
“Kami berteriak: ‘Jangan beri mereka [Otoritas Palestina] senjata.’ Sekarang kami menghadapi meriam dan rudal LAW. Mereka berjanji kepada kami bahwa rudal Hizbullah akan berkarat,” tambahnya.
Masyarakat Israel, jelasnya, tidak bersatu dalam menyalahkan Hamas atas apa yang terjadi di Gaza, yang “merugikan upaya perang”, seraya menambahkan bahwa “ini bukan peristiwa politik, melainkan peristiwa eksistensial bagi negara Israel.”
Poros Perlawanan Makin Tangguh
Terkait perang yang terus berlangsung, dukungan Barat kepada Israel yang melakukan kejahatan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza justru disebut menjadi “bumerang”.
Sokongan Barat itu malah menguatkan kelompok perlawanan di Timur Tengah untuk melawan Israel.
“Bukannya melindungi atau memastikan umur panjang Israel, dukungan penuh mereka (negara-negara Barat) justru memunculkan paradigma perlawanan baru yang kuat di seluruh Timur Tengah,” kata Amal Saad, pakar politik di Universitas Cardiff, di media sosial X pada hari Rabu, (4/9/2024).
Menurut Saad, agresi Israel yang didukung Barat telah memperkuat Poros Perlawanan.
“Menguatkan ikatan di antara anggota-anggotanya sembari menguatkan kemampuan militer kolektif mereka dan memperluas pengaruh regional mereka.”
Poros Perlawanan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut koalisi militer dan politik di Timur Tengah yang dipimpin oleh Iran.
Yang termasuk anggota poros perlawanan ialah Hamas, Hizbullah, Houthi, dan berbagai kelompok perlawanan lainnya.