Masad yang merupakan anggota kibbutz Ruth menyebut serangan itu hanya menghancurkan kamar mandi.
Dia mengatakan para anggota kibbutz akan menggelar rapat setelah serangan itu.
“Kami harus mengatasinya sendiri,” kata Masad ketika ditanya tentang rencana kibbutz untuk membantu warga di sana.
Alina Avshalom, salah satu warga yang tinggal di dekat gedung yang diserang Hizbullah, mengungkapkan kekhawatiran yang melanda warga di sana.
“Tidak semua orang terbiasa menghadapi situasi ini,” ujar Avshalom.
“Semua warga di Israel utara cemas.”
Avshalom berujar siswa sekolah diperintahkan mengungsi ke tempat perlindungan ketika alarm peringatan berbunyi.
“Mustahil membawa banyak anak ke lantai bawah dalam 15 detik.”
Bersiap hadapi Perang Lebanon Ketiga
Sementara itu, Direktur Pusat Kesehatan Galilea, Prof. Masad Barhoum, menyebut pihaknya mengoperasikan semua fasilitas kesehatan di bawah tanah atau tempat yang terlindungi.
Baca juga: Israel Rampungkan Persiapan Invasi ke Lebanon, Netanyahu Perintahkan Perangi Hizbullah Habis-habisan
Kata Barhoum, rumah sakitnya kini bersiap menghadapi “Perang Lebanon Ketiga”.
Saat perang Lebanon Kedua tahun 2006, Hizbullah menembakkan hampir 4.000 roket ke Israel.
Barhoum mengklaim rumah sakit itu sudah siap menghadapi perang selanjutnya.
Dr. Maron Haj, seorang dokter bedah di di RS itu, mengungkapkan rasa frustrasinya.
“Kami tidak bisa hidup di sini,” katanya.
Dia mengklaim tidak ada seorang pun dari pemerintah yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka atau membantu mereka.
Menurut Haj, para anggota kibbutz di sana bukanlah politikus.
“Dalam hal ketakutan, tak penting apakah kalian di sayap kanan atau kiri. Warga ingin hidup aman dan tidak takut.”
(Tribunnews/Febri)