TRIBUNNEWS.COM - Israel menolak seruan gencatan senjata dengan Hizbullah dan melanjutkan serangan udara mematikannya di Lebanon.
Dilansir News18, AS dan Prancis sebelumnya mengusulkan rencana gencatan senjata selama 21 hari pada hari Rabu (25/9/2024).
"Ini adalah usulan Amerika-Prancis yang bahkan belum ditanggapi oleh Perdana Menteri. Laporan tentang arahan yang dimaksudkan untuk meredakan pertempuran di utara adalah kebalikan dari kebenaran," kata kantor Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan di X.
"Perdana Menteri telah memerintahkan IDF untuk terus bertempur dengan kekuatan penuh," tambahnya.
Meskipun begitu, AS dan Prancis berusaha menjaga prospek gencatan senjata tersebut, dan mengatakan negosiasi terus berlanjut, termasuk di sela-sela pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Reuters melaporkan.
Berikut perkembangan lainnya seputar situasi di Lebanon.
Komandan Hizbullah Tewas
Sebuah pesawat tempur Israel menghantam pinggiran ibu kota Beirut, menewaskan dua orang dan melukai 15 orang, kata kementerian kesehatan Lebanon.
Serangan itu meningkatkan jumlah korban tewas pada Rabu malam dan Kamis menjadi 28 orang dan lebih dari 600 orang sejak Senin (23/9/2024).
Serangan itu menewaskan kepala salah satu unit angkatan udara Hizbullah, Mohammad Surur atau Mohammad Hussein Srour.
Surur menambah panjang daftar komandan senior Hizbullah yang menjadi sasaran pembunuhan Israel pekan ini.
IDF Mencegat Rudal dari Yaman
Militer Israel mengatakan pada hari Kamis (26/9/2024), bahwa mereka mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman.
Baca juga: Pemimpin Ansarallah Houthi Memuji Hizbullah Sebagai Front Pendukung Terkuat
Sirene berbunyi di beberapa wilayah di Israel tengah sebagai akibat dari rudal yang ditembakkan dari Yaman, kata Pasukan Pertahanan Israel pada platform pengiriman pesan Telegram.
"Rudal yang ditembakkan dari Yaman berhasil dicegat oleh Sistem Pertahanan Udara 'Arrow'. Sirene dan ledakan terdengar setelah intersepsi dan pecahan peluru jatuh," tambah IDF dalam pernyataannya.
Dukungan untuk Lebanon dan Hizbullah
Pemimpin pemberontak Houthi Yaman, Abdul Malik al-Houthi, mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis bahwa kelompok yang didukung Iran tidak akan ragu untuk mendukung Lebanon dan Hizbullah.