Hamad bersama rekan jurnalisnya Moamen Abu Awda selamat dari tembakan quadcopter Israel pada hari Jumat di sekitar Al-Muqaid di pusat kamp Jabalia.
Sempat Dapat Pesan Ancaman dari Israel
Beberapa bulan sebelum Hamad dibunuh, ia menceritakan kepada teman-temannya jika dirinya mendapat pesan WhatsApp yang berisi ancaman dari nomor Israel.
Pesan tersebut dibagikan oleh Hamad melalui tangkapan layar.
Dalam pesan tersebut, nomor tak dikenal itu mengancam agar Hamad berhenti mendokumentasikan agresi Israel di Gaza.
“Dengarkan… Jika Anda terus menyebarkan kebohongan tentang Israel, kami akan mendatangi Anda selanjutnya dan mengubah keluarga Anda menjadi... Ini peringatan terakhir Anda," tulis pesan tersebut, dikutip dari Middle East Eye.
Tak hanya sekali, Hamad ternyata sebelumnya juga mendapat panggilan telepon dan kiriman pesan dari perwira Israel.
"Ia menerima pesan pertama pada 13 Mei. Setelah itu, ia menerima banyak ancaman melalui telepon dan pesan teks yang memintanya untuk berhenti bekerja," kata manajer Media Town Production Company, tempat Hamad bekerja, Ashraf Mashharawi.
Meski mendapat berbagai ancaman, Hamad dengan tegas ingin terus meliput agresi Israel di Gaza.
Menurut Hamad, ini adalah langkah yang tepat untuk jurnalis.
"Ia menolak untuk patuh, karena yakin bahwa ia tidak melakukan kesalahan apa pun dan hanya menjalankan peran normal yang seharusnya dilakukan oleh jurnalis mana pun. Kami menyarankannya untuk mengurangi pekerjaannya, tetapi ia menolak mentah-mentah. Ia berkata: 'Saya tidak akan terintimidasi oleh ancaman-ancaman itu. Kami benar dan mereka salah,'" tambah Mashharawi.
Dengan keputusan yang diambil oleh Hamad membuat Mashharawi kagum.
“Meskipun dia masih muda, saya kagum melihat betapa tenangnya dia menanggapi pesan itu dan bersikeras akan meneruskan pekerjaannya apa pun yang terjadi," kata Mashharawi.
Mashhrawi kemudian mengatakan bahwa liputan Hamad selama ini tampaknya sangat mengganggu Israel hingga mereka membunuh jurnalis muda ini.
"Hassan diancam berkali-kali karena ia tetap berada di Jabalia, dan banyak foto serta video yang menjadi berita utama diambil olehnya. Rupanya, hal ini mengganggu (pihak Israel), fakta bahwa liputannya mendapat perhatian," jelasnya.