TRIBUNNEWS.COM - Mohammad Sinwar adik dari pemimpin Hamas Yahya Sinwar ditunjuk jadi pemimpin de facto sayap militer Hamas di Gaza.
Mohammad Sinwar diangkat sebagai pemimpin baru Hamas menggantikan kakaknya Yahya Sinwar yang tewas setelah terlibat baku tembak dengan militer Israel di kawasan Tal as-Sultan, sebuah daerah di Rafah Jalur Gaza selatan.
Hingga kini Hamas juga masih bungkam terkait pengangkatan Mohammad Sinwar sebagai Kepala de facto Hamas di Gaza.
Namun menurut laporan media lokal The Times Of Israel, pengangkatan Mohammad Sinwar tidak dirayakan secara resmi oleh Hamas.
Dalam menjalankan tugasnya, Mohammad Sinwar memimpin sayap militer tersebut bersama dengan dewan kecil dari komandan tinggi di Gaza.
Sejauh ini tak ada informasi lebih banyak soal Mohammad karena ia cenderung tertutup dan jarang muncul ke hadapan publik.
Meski begitu Mohammad dianggap tokoh penting dalam Hamas. Ia diyakini dapat memimpin dan memainkan peran signifikan untuk membentuk masa depan Hamas di Gaza.
Sosok Mohammad Sinwar
Mohammed Sinwar lahir pada tahun 1975 di kamp pengungsi Khan Younis.
Namun pada tahun 1948 Keluarga mereka melarikan diri dari sebuah desa dekat Ashkelon dan mulai menetap di Gaza selatan.
Ia bergabung dengan Brigade Al-Qassam sejak awal berdirinya pada tahun 1991 di Gaza, di awal karir ia sempat menjadi anggota Staf Umum.
Baca juga: Saluran TV Saudi Sebut Yahya Sinwar dan Pejuang Hamas Teroris, Jaringan MBC Pecat Direktur Berita
Namun namanya muncul sebagai salah satu perencana utama Operasi “Shattered Illusion,” yang dianggap sebagai salah satu operasi paling berani dalam sejarah perlawanan Palestina.
Saat itu, operasi tersebut menargetkan situs militer Israel di dekat penyeberangan Kerem Shalom pada tanggal 25 Juni 2006, di sebelah timur kota Rafah di selatan Jalur Gaza.
Imbas operasi tersebut dua tentara Israel dilaporkan tewas, tak hanya itu Mohammad Sinwar juga berhasil melakukan penangkapan tentara Gilad Shalit.
Adapun penangkapan ini dimaksudkan untuk ditukar dengan lebih dari seribu tahanan Palestina dalam kesepakatan pertukaran bersejarah pada tahun 2011.
Prestasi militer tersebut yang kemudian meningkatkan status Mohammad Sinwar sebagai komandan militer yang memiliki pengaruh besar di Brigade Izz al-Din al-Qassam.
Bahkan ia kerap menjadi target utama dalam daftar pembunuhan Israel, karena perannya dalam perencanaan dan pembunuhan. melakukan operasi serupa.
Pernah Diisukan tewas
Dikutip dari Telegraph, Mohammad Sinwar pernah dianggap tewas tahun 2014 silam.
Narasumber yang dekat dengan intelijen Israel (Mossad) menyebut Mohammad Sinwar tewas ketika IDF mengatakan telah membunuhnya dalam sebuah serangan di kompleks perumahan selama serangan udara selama tujuh minggu terhadap Hamas yang dikenal sebagai Operasi Protective Edge.
Namun sembilan tahun kemudian, serangan militer Israel mengungkap bukti bahwa ia mungkin masih hidup.
Tak berselang lama, pada 17 Desember 2023 sebuah video dirilis secara daring oleh tentara Israel yang menunjukkan Mohammad Sinwar masih hidup.
Dalam cuplikan video tersebut terlihat Mohammad Sinwar sedang bepergian dengan mobil melalui sebuah terowongan di dekat persimpangan Erez, di perbatasan utara antara Gaza dan Israel.
Pembuat Terowongan Terbesar Hamas
Pada akhir 2023, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkap telah menemukan terowongan terbesar yang dibangun oleh Hamas di Jalur Gaza.
Terowongan yang memiliki panjang sekitar empat kilometer (2,5 mil) dibangun di dekat perbatasan Erez .
Mengutip dari The Times Of Israel, terowongan tersebut memiliki beberapa cabang, pipa saluran air, dan jalur komunikasi serta fasilitas listrik. Bahkan saking luasnya kendaraan dikabarkan bisa bergerak di dalamnya.
Adapun disebutkan bahwa proyek pembangunan itu dipimpin oleh Muhammad Sinwar yang menjabat sebagai Panglima Brigade Selatan Hamas.
Pernyataan itu di buktikan dengan munculnya rekaman dari Jalur Gaza. yang merekam Muhammad Sinwar tampak mengendarai mobil di terowongan.
“Dia seratus persen orang dari tim inti yang merencanakan serangan tanggal 7 Oktober,” kata mantan pemimpin Mossad.
“Dalam kepemimpinan militer, dia sangat penting,” kata dia.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)