Wakil Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Ali Fadavi tidak mengomentari secara khusus mengenai terpilihnya kembali Trump tetapi berjanji pada hari Rabu bahwa Teheran siap untuk berkonfrontasi dengan Israel, dan tidak mengesampingkan serangan pendahuluan AS-Israel untuk mencoba mencegah janji Iran sebagai pembalasan terhadap serangan Israel di wilayahnya bulan lalu.
Almarhum komandan Pasukan Quds IRGC, Qassem Soleimani, dibunuh oleh serangan udara AS di bawah pemerintahan Trump pada tahun 2020.
Pada tahun 2019, AS di bawah Trump mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang diduduki secara ilegal oleh Israel pada tahun 1967.
Setahun sebelumnya, Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran dan memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Teheran dalam sebuah langkah yang sangat memuaskan Israel.
Pada tahun 2017, ia mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke kota yang diduduki tersebut.
Trump telah digambarkan sebagai salah satu presiden yang paling pro-Israel dalam sejarah AS.
Meskipun demikian, ia baru-baru ini mengkritik Netanyahu karena Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi "di bawah pengawasannya."
Surat kabar berbahasa Ibrani Haaretz melaporkan pada bulan Juni bahwa Trump menerima janji dari janda mendiang pengusaha AS Sheldon Adelson untuk mendukung kampanye kepresidenannya dengan jutaan dolar.
Laporan itu menambahkan bahwa Miriam Adelson mencari, sebagai imbalannya, dukungan AS untuk aneksasi Israel atas Tepi Barat dan pengakuan kedaulatan Israel atas wilayah yang diduduki.
SUMBER: The Cradle