Seperti halnya semua orang di Tapachula, dia terjebak menunggu bisa masuk ke AS tanpa kepastian.
Tito tiba di Meksiko 15 bulan lalu dan mengatakan dia telah menunggu janji temu CBP-One secara bergantian sejak saat itu.
Sekitar 1.450 janji temu dikeluarkan setiap hari, namun kriterianya sangat sulit dipahami.
“Beberapa orang datang dan mendapat janji temu keesokan harinya,” kata Tito. “Saya tidak mengerti itu.”
Saat wawancara, Tito kemudian dengan halus menunjuk para penyelundup manusia yang mengawasi dari balik dinding imigrasi.
Mereka sudah lama mencoba menawarkan jasa masuk ke AS secara ilegal kepada Tito, namun ia menolaknya
“Saya berpikir untuk menyeberang dengan coyote,” kata Tito, merujuk pada para penyelundup manusia yang ditunjuknya.
“Tapi itu berbahaya.” sambungnya.
Setelah mewawancarai 12 orang imigran lainnya, Reuters mendapati sentimen serupa dan memperkirakan mayoritas migran yang terdampar di Tapachula , Meksiko sepertinya mulai memikirkan untuk kembali ke negara asalnya dibandingkan mencoba untuk masuk ke AS.
Meskipun tidak ada angka resmi, organisasi hak asasi manusia setempat memperkirakan bahwa saat ini terdapat 50.000 migran di Tapachula dengan status menggantung apakah bisa masuk ke AS atau tidak.
Sementara itu, jumlah penduduk tetap di Tapachula sendiri mencapai sekitar 350.000 jiwa sehingga seperdelapan kota yang dekat dengan perbatasan AS tersebut kini ditinggali migran nomaden.
Trump Sudah Hubungi Presiden Meksiko untuk Bendung Imigran
Seperti yang diketahui sebelumnya, masalah imigrasi menjadi salah satu prioritas pertama dalam program kerja Presiden Terpilih Amerika Serikat 2024, Donald Trump.
Keseriusan dan komitmen Donald Trump guna mengatasi masalah tersebut dapat dilihat dalam langkah bilateral terbarunya yang dilakukan pada Rabu (27/11/2024) waktu setempat.
Guna mengatasi masalah imigran ilegal yang terus merangsek masuk ke Amerika Serikat, Donald Trump pun menggelar perbincangan empat mata dengan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum Pardo.