TRIBUNNEWS.COM - Sikap tegas presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait masalah imigrasi tampaknya mulai menjadi momok menakutkan bagi kaum migran.
Hal ini pun meninggalkan dua pilihan bagi warga luar AS yang ingin mencoba peruntungannya di negeri Paman Sam.
Mulai menerobos masuk ke AS baik secara ilegal maupun resmi, sedangkan pilihan kedua adalah meninggalkan impian untuk mengadu nasib di Amerika.
Kegalauan ini yang dirasakan oleh Nadia Montenegro, imigran asal Venezuela yang mencoba peruntungannya untuk berpindah ke AS.
Dikutip dari wawancara bersama Reuters pada Selasa (3/12/2024), Nadia mengaku sudah berminggu-minggu "terdampar" di Tapachula, Meksiko menunggu kabar janji temunya untuk bisa bermigrasi secara legal ke AS.
Namun, seiring dengan pergantian pemerintahan AS yang terjadi setelah Pemilu 2024, Nadia sepertinya mulai mengurungkan ambisinya untuk bisa bermigrasi ke AS sebelum Presiden terpilih Donald Trump dilantik pada 20 Januari
Karena janji kampanyenya yang tegas soal migrasi, Nadia pun mengaku dirinya makin pesimis bisa memasuki AS secara sah melalui aplikasi pemerintah ketika Trump resmi dilantik.
Mengingat kemungkinan itu, Montenegro mengatakan dia lebih memilih untuk kembali ke rumahnya di Venezuela.
Nadia kini mengaku lebih takut dengan risiko kekerasan yang akan ia temui selama perjalanan pulang melalui Meksiko daripada kesulitan ekonomi yang ia alami selama di Venezuela.
"Saya trauma. Jika saya tidak mendapat janji temu, saya mungkin akan kembali ke Venezuela," katanya dengan putus asa.
Kasus serupa juga diungkapkan oleh Tito saat ditemui Reuters di luar kantor migrasi Tapachula, Meksiko.
Baca juga: Angela Merkel: Trump, Putin, dan Kim Jong Un Memiliki Sifat Serupa
Tito, yang hanya memberikan nama depannya, meninggalkan Haiti menuju Chili pada 2019, di mana ia mendirikan sebuah perusahaan yang menjual palet kayu dan bertemu dengan seorang wanita Haiti yang kemudian ia nikahi.
Namun, pandemi membuatnya terpaksa menutup usaha.
Pada tahun 2022 ia pun mencoba peruntungannya dengan melanjutkan perjalanan ke AS, berjanji kepada keluarganya untuk bisa bekerja di sana dan mengirim kembali uang ke rumah.
Namun demikian, Tito juga mengalami ketidakjelasan nasib dalam dua tahun terakhir.