María Jesús Fernández Cordero, profesor sejarah gereja di Fakultas Teologi Universitas Kepausan Comillas di Spanyol, mengibaratkan Yubileum sebagai "tahun sabat".
"Pada tahun tersebut, semua properti dikembalikan karena penjualan dan pembelian tidak berlangsung selamanya, tetapi sampai Yubileum tiba," ujarnya kepada BBC Mundo.
"Tanah dibiarkan tidak digarap, budak-budak Ibrani dibebaskan, dan utang diampuni."
Paus sendiri sudah menegaskan bahwa makna dari perayaan Yahudi adalah menyantuni "orang miskin, yatim piatu, dan janda".
"Utang dihapuskan dan tanah dikembalikan kepada pemiliknya, karena ide dasarnya adalah bahwa tanah milik Tuhan dan telah dipercayakan kepada manusia sebagai administrator," paparnya pada 2015.
Kristenisasi tradisi
Pada tahun 1300, Paus Bonifasius VIII memasukkan tradisi Yahudi ke dalam tradisi Gereja.
Dia pun menyerukan apa yang dipandang secara universal sebagai Yubileum Katolik pertama.
Arsip Vatikan menyebut keputusan kepausan itu didorong permintaan dari banyak orang Romawi untuk merayakan dimulainya abad baru.
"Gereja mengadopsi tradisi karena cerita [Injil] Lukas tentang Yesus yang memulai khotbah publik-Nya di sinagoga Nazaret," papar Fernández Cordero.
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang," demikian bunyi ayat Alkitab yang dimaksud Fernández Cordero.
Beberapa dekade sebelum Paus Bonifasius VIII, Paus Kalistus II sebenarnya sudah menetapkan Yubileum Katolik.
Akan tetapi, cakupan perayaan ini terbatas di Kota Santiago de Compostela di Spanyol.
Tahun suci ini didedikasikan untuk Santo Yakobus, salah satu dari 12 rasul Yesus yang makamnya diyakini berada di Katedral Santiago de Compostela.