Antara 29 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025, pintu-pintu suci dari tiga basilika kepausan lainnya di Roma (Santo Yohanes Lateran; Santa Maria Maggiore; dan Santo Paulus di Luar Tembok) juga akan dibuka.
Melalui pintu-pintu yang hanya dibuka selama tahun-tahun suci ini, jutaan umat diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Roma pada tahun 2025.
Ini adalah bagian dari ritual yang harus mereka ikuti untuk mendapatkan pengampunan dosa.
Ritual melintasi pintu suci memiliki penjelasan teologis dalam Injil Santo Yohanes.
Dalam kitab suci itu, Yesus meyakinkan umat-Nya: "Akulah pintu: siapa saja yang masuk melalui Aku akan selamat."
Namun, pada kali ini, selain empat pintu yang disebutkan di atas, akan ditambahkan satu pintu lagi. Pintu yang kelima tidak terletak di kuil atau tempat suci, tetapi di penjara.
Tepatnya di penjara Roma Rebibbia.
Paus Fransiskus tidak hanya ingin menawarkan tanda nyata kedekatan terhadap para tahanan.
Dia juga ingin memperkuat tuntutan mereka agar hak asasi manusia mereka dijamin dan hukuman mati dihapuskan.
Tradisi Yubileum lainnya adalah pameran publik relikui orang-orang kudus.
Berjalan mencari pengampunan
Tujuan utama tahun-tahun suci adalah agar umat dapat memperoleh pengampunan dosa penuh.
"Pengampunan tidak mengubah masa lalu. Pengampunan tidak dapat mengubah apa yang telah terjadi."
"Akan tetapi, pengampunan membuka jalan untuk mengubah masa depan," tulis Paus Fransiskus dalam dekritnya.
"Menjalaninya dengan cara yang berbeda, yakni tanpa kebencian, kemarahan, atau balas dendam."
"Masa depan yang diterangi oleh pengampunan memungkinkan untuk membaca masa lalu dengan mata yang berbeda, lebih tenang, meskipun masih diwarnai air mata," imbuhnya.
Vatikan belum memberikan informasi detail tentang persyaratan yang harus dipenuhi oleh umat beriman untuk memperoleh pengampunan dosa pada kesempatan ini.
Akan tetapi, ziarah ke Roma adalah salah satunya.
"Memulai perjalanan adalah gerakan khas mereka yang mencari makna hidup," tulis Paus.
Menurut data Vatikan, selama Yubileum Agung tahun 2000, sebanyak 24,5 juta orang mengunjungi kota yang disebut abadi itu.
Adapun Pusat Statistik Italia memperkirakan jumlahnya mencapai 32 juta orang.
Dalam Yubileum pertama, umat Kristen diharuskan mengunjungi Basilika Santo Petrus dan Santo Paulus di Luar Tembok sebanyak 30 kali setahun.
Namun, mengapa Roma dan bukannya Yerusalem, Betlehem atau situs-situs suci lainnya di Tanah Suci?
"Untuk alasan historis dan makna gerejawi," jelas Fernández Cordero.
"Ketika Yubileum pertama yang terdokumentasi dirayakan pada tahun 1300, Yerusalem berada di tangan orang-orang Muslim."
"Setelah bernegosiasi dengan sultan setempat, Paus [Nikolaus IV] hanya berhasil mengirim sekelompok biarawan Fransiskan untuk mempertahankan liturgi Latin di Makam Suci," papar sejarawan itu.
"Sejak zaman para rasul, Roma dianggap sebagai pusat Kekristenan, karena di sanalah rasul pertama [Simon Petrus] mendirikan komunitas dan menjadi uskupnya."
"Dengan menempatkan pusat Kekristenan di Roma, ibu kota kekaisaran, universalitasnya menjadi jelas," tambah Martínez Esteban.
Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak dapat melakukan perjalanan ke ibu kota Italia karena alasan ekonomi atau kesehatan?
Paus Fransiskus menjamin mereka pun dapat memperoleh pengampunan dosa."
"Indulgensi atau pengampunan dosa Yubileum [...] dapat diperoleh sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam ritual yang sama untuk perayaan Yubileum di Gereja-Gereja tertentu,"kata Paus dalam bulla-nya.
Setelah tahun 2025, Yubileum berikutnya akan dirayakan pada tahun 2033 yang memperingati 2.000 tahun kematian dan kebangkitan Kristus.