TRIBUNNEWS.COM – Bisfenol-A (BPA) merupakan bahan kimia berbahaya dari bahan campuran utama polikarbonat yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan secara jangka panjang, mulai dari memicu penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskuler dan kanker, hingga gangguan kesuburan.
Paparan BPA sehari-hari juga berpotensi buruk terhadap anak-anak. Mengutip dari Mayo Clinic, beberapa penelitian menunjukkan, paparan BPA menjadi perhatian karena dapat berdampak pada kesehatan otak dan kelenjar prostat janin, bayi, dan anak-anak serta juga dapat mempengaruhi perilaku anak.
Hasil studi tim riset Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) di Spanyol juga menunjukkan paparan BPA dapat menimbulkan risiko penyakit asma bagi anak perempuan.
Hal ini membuat Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, mendesak Presiden Joko Widodo turun tangan menyelamatkan anak-anak Indonesia dari bahaya Bisfenol A atau BPA pada galon berbahan polikarbonat (bahan plastik keras).
"Kami sudah bersurat melalui Sekretariat Negara, meminta kesempatan untuk menjelaskan hal ini langsung ke Presiden," kata Arist dalam diskusi publik "FMCG Talk" dengan tema "Risiko BPA bagi Kesehatan Publik dan Pengaturannya pada Industri Air Minum Dalam Kemasan", pada Senin, (28/3/2022).
"Intinya negara tidak boleh kalah oleh industri, karena itu, rancangan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang pelabelan risiko BPA perlu segera disahkan,” ujarnya.
Meski begitu, bahan kimia tersebut masih kerap ditemukan pada wadah plastik untuk makanan dan minuman yang beredar luas di masyarakat, termasuk kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) seperti galon dan botol plastik.
Hal ini cukup ironis karena saat ini masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan mengonsumsi air minum dalam kemasan setiap harinya.
Itu berarti, masyarakat berisiko terpapar BPA sangat sering setiap harinya.
Sebagaimana dilaporkan Kompas, bulan Februari 2022 lalu BPOM menemukan potensi bahaya migrasi BPA pada sarana distribusi dan fasilitas produksi industri AMDK.
Hasil temuan BPOM tersebut diperkuat oleh hasil riset terbaru Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), yang mendapati bahwa masih banyak galon air AMDK yang belum jauh dari risiko BPA
Proses distribusi AMDK timbulkan risiko BPA
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi membahas penemuan YLKI dari riset tersebut dalam Talkshow Ruang Publik KBR bertajuk "Monitoring dan Pengawasan, Pemasaran Air Minum dalam Kemasan (AMDK) di Jabodetabek” yang diselenggarakan Jumat (18/3/2022) lalu.
Ia mengatakan, salah satu problem utama yang perlu dibenahi oleh industri AMDK terletak pada konteks post-market control, yang mencakup bagaimana AMDK didistribusikan, dipajang, dan disimpan.