"Salah satu sebabnya adalah ketika para bunda membiarkan makanan yang diberikan terasa hambar atau hilang rasa karena tidak diberi penyedap sama sekali," ungkap Ardi.
Pada dasarnya, lanjut Ardi, yang menjadi sangat penting adalah menjaga nafsu makan anak.
Sehingga asupan dan nutrisi untuk mendukung tumbuh kembangnya tidak terganggu.
"Penggunaan MSG sangat dibolehkan dalam proses pembuatan makanan bayi dengan kadar secukupnya, tujuannya agar bayi juga bisa merasakan kelezatan dari makanan yang dibuat bundanya, dan nutrisi tumbuh kembangnya tetap terjaga dengan baik," ungkapnya.
Sejauh ini menurut Ardi, belum ada penelitian yang membuktikan seputar mitos MSG yang berdampak serius bagi kesehatan manusia.
“MSG boleh, enggak berbahaya. Anak butuh makanan lezat, cita rasa yang enak gak mungkin hambar tapi ada takarannya, gula, garam, lemak. MSG tidak berbahaya asal dikonsumsi secukupnya,” jelas Ardi.
"Itu semua hanya mitos. Karena faktanya, tidak ada kaitan antara pemberian MSG dengan gangguan fungsi otak, risiko asma, risiko kanker, ataupun memicu kelebihan berat badan," ungkap dia.
Ia menerangkan, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur. MSG mengandung 12 persen Na, sedangkan garam dapur 39 persen.
Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi Natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)