Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat sekaligus Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti berbicara soal dinamika politik menjelang Pemilu 2024.
Dia memprediksi bahwa pada awal 2023 mendatang partai politik mendeklarasikan calon presiden (capres), termasuk parpol baru seperti Partai Gelora, Partai Buruh dan Partai Garuda.
“Maret ini dugaan saya adalah deklarasi capres, tapi belum tentu dukungan. Hampir semua partai-partai menurut saya akan banyak deklarasikan capres,” kata Ray Rangkuti saat ditemui seusai diskusi di acara Sudut Pandang ‘Partai Baru Apa Bedanya?’ di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2022).
Upaya melakukan deklarasi ini, kata dia, dapat dilakukan tanpa harus menunggu sosok yang bakal dicalonkan oleh parpol sebagai capres.
Baca juga: Partai Gelora Tegaskan Belum Beri Dukungan ke Capres Manapun
Sebab, Ray mengatakan deklarasi capres dengan deklarasi dukungan merupakan dua hal yang berbeda.
Hal itu sebagaimana dilakukan oleh Partai NasDem dengan sosok capresnya, Anies Baswedan.
“Deklarasi capres kan sudah dilakukan oleh NasDem. Tapi apakah lolos atau tidak ya nanti KPU. Kalau itu belum ada soal mendukung, cuma deklarasi capres mereka ya ini,” katanya.
Ia menambahkan bahwa tiga partai baru selain parpol lama berpotensi pula mendeklarasikan capres mereka masing-masing.
Ray menilai hal itu dapat dilakukan untuk mendongkrak simpati publik terhadap masing-masing parpol.
“Karena kalau tanpa deklarasi kayak begitu akan sulit untuk meraup simpati publik. Tapi apakah yang dideklarasikan mereka akan didukung, ya nanti setelah di KPU selesai,” ujarnya.
Pergerakan Partai Politik 2023
Lebih lanjut Ray mengatakan iklim politik jelang Pemilu akan semakin dinamis. Hal itu tak lepas pula dari keputusan KPU terkait hasil verifikasi faktual.
Ia menambahkan bahwa partai politik peserta Pemilu sudah resmi, maka parpol-parpol yang ada saat ini bakal melakukan sosialisasi guna memperkenalkan partai mereka ke masyarakat.
“Sekarang kan sudah ditetapkan. dan ini masa-nya mereka akan keluar akan melakukan sosialisasi di mana-mana, dan saya kira peta-nya juga akan berubah,” kata dia.
“Artinya bisa jadi partai-partai ini, partai-partai baru ini mendapat simpati publik. Oleh karena itu, membaca hasil survei sekarang juga menurut saya belum tentu tepat, mengingat ini fluktuasinya akan berubah lagi setelah partai-partai mulai all out keluar dari kediaman mereka menjadi lebih aktif men-sosialisikan diri merkea masing-masing,” tuturnya.(*)