Laporan Wartawan Tribunnews, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik Ujang Komarudin menilai ada kebuntuan terkait sosok calon wakil presiden di kubu Koalisi yang mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres maupun di kubu Ganjar Pranowo.
Sebab, menurut Ujang di dua koalisi tersebut partai pengusungnya masing-masing mendorong cawapres dari masing-masing partainya.
Baca juga: Kelakar Prabowo jika Jokowi jadi Cawapresnya: Nggak Enak, Aduh
Diketahui, Prabowo diusung Gerindra karena dia ketua umumnya, dan juga Golkar dan PAN. Namun, Golkar ingin kursi Cawapres Prabowo diisi ketumnya Airlangga Hartarto, sementara itu PAN mendorong Erick Thohir karena memiliki kedekatan dengan PAN.
Semetara itu, Ganjar Pranowo diusung PDIP-PPP. Ganjar merupakan kader PDIP, sementara PPP mendorong kadernya Sandiaga Salahudin Uno sebagai cawapres mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
"Semua partai di dua koalisi ini kan mendorong kader atau perwakilannya untuk menjadi cawapres. Solusinya ya memang harus cari orang non partai atau tidak terafiliasi dengan partai politik apapun. Ini sebagai jalan tengah dari kebuntuan koalisi ini," kata Ujang Komarudin di Jakarta, Sabtu (16/9/2023).
Sebab, lanjut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, dengan bergandeng orang non partai maka akan meminimalisir ruang conflict of interest di dalam koalisi.
Terkait sosok tersebut, Ujang menilai puteri Presiden ke-4 KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid sosok yang memenuhi kriteria tersebut.
"Memang harus orang non partai untuk meminimalisir konflik kepentingan dan menjaga keharmonisan diantara anggota parpol koalisi. Yenny Wahid saya pikir sosok yang tepat dalam hal ini. Karena dia bukan orang partai dan juga memiliki elektabilitas yang bagus sebagai representasi kalangan perempuan di politik," jelasnya.
Menurutnya, dua yang belakangan muncul menunjukkan Yenny Wahid memiliki potensi suara dari kalangan perempuan dan NU.
Baca juga: Kelakar Prabowo jika Jokowi jadi Cawapresnya: Nggak Enak, Aduh
Elektabilitasnya cukup tinggi yaitu 27,6 persen. Menurut saya ini modal yang bagus," kata Ujang.
Di samping itu, kata dosen Al-Azhar Indonesia Jakarta ini, modal elektabilitas tersebut, Yenny bisa melengkapi kemenangan baik untuk Prabowo maupun Ganjar.
Terlebih berdasarkan survei terakhir baik Prabowo maupun Ganjar berada di peringkat 1 dan 2.
Berdasarkan survei terakhir dari Lembaga Survei Polling Institute, elektabilitas Prabowo unggul 36,3 persen, Ganjar 32,4% dan Anies 20,0%.
"Artinya Yenny bisa melengkapi kemenangan baik itu untuk Prabowo maupun Ganjar. Siapapun yang mengambil Yenny Wahid sebagai Cawapres, maka suara dari akar rumput NU dan Gusdurian di Jatim bisa membuat mereka menang telak," ungkapnya.
Prabowo Bicara soal Cawapres
Ketum Partai Gerindra sekaligus bakal calon presiden (bacapres) dari KIM, Prabowo Subianto, pada Kamis malam lalu sempat menyinggung soal calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi dirinya di Pilpres 2024.
Prabowo mengatakan, saat ini semua kandidat yang masuk dalam bursa cawapresnya masih dibahas oleh koalisinya.
"Mengenai wakil presiden kami sudah sepakat, kita akan terus menggodog sesuai dengan tradisi adat kita dengan musyawarah mufakat."
Baca juga: 28 Hasil Survei Terbaru Prabowo Vs Ganjar Vs Anies: Ada yang Makin Tertinggal Setelah Deklarasi
"Kita akan diskusi, yang paling penting dalam suasana kepentingan nasional dan kepentingan rakyat," kata Prabowo saat konferensi pers, Kamis (14/9/2023) malam dikutip dari youTube KompasTV.