TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang juga pendiri merangkap Direktur Utama PT Indika Energy Tbk Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat mulai efektif menjalankan tugas sebagai Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Presiden, sejak Rabu (27/9/2023).
Selama mengurusi politik, ia menyatakan cuti dari dua jabatan, di Kadin dan perusahaan.
Berikut ini penuturan Arsjad Rasjid, panggilan akrabnya, kepad Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dalam program wawancara eksklusif yang direkam di studio utama Tribun Network di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta.
Pertanyaan: Bagaimana ceritanya pengusaha nasional dan Ketua Kadin bisa menjadi ketua tim pemenangan nasional (TPN) Ganjar Presiden?
Jawab: Bukan hanya mengagetkan public. Saya sendiri kaget, keluarga saya juga kaget. Pertama, gini. Setelah saya menerima jabatan ini ,maka saya tidak aktif lagi sebagai Ketua Umum Kadin. Akan diangkat seorang pelaksana harian di Kadin.
Karena harus jelas bahwa Kadin itu netral tidak ingin berpolitik praktis. Sama sekali tidak. Saya akan berhalangan hadir dan tidak aktif di Kadin karena dengan ada penunjukan ini, saya minta waktu enam sampai delapan bulan ke depan untuk tidak aktif di Kadin agar saya fokus pada TPN.
Bagaimana dengan jabatan di perusahaan go public PT Indika Energy Tbk, yang anda pimpin?
Tidak hanya di Kadin, tapi juga di PT Indika Energy, saya akan mengambil cuti sehingga day to day-nya, saya sebagai direktur utama, memberikan tugas ke wakil direktur utama untuk menjalankan perusahaan sehari-hari.
Jangan sampai juga perusahaan dianggap berpolitik karena ini bukan perusahaannya tapi balik lagi ke diri saya sendiri. Inilah si Arsjad Rasjid yang kebetulan diangkat menjadi Ketua TPN.
Mengapa Anda sebut kaget ditunjuk sebagai Ketua TPN Ganjar Presiden?
Saya sudah mendengar dan diajak berbicara oleh ‘beberapa’ tapi belum dalam konteks official. Lalu pada waktu itu dalam acara KTT ASEAN, saya memimpin sebagai ketua dari pada ASEAN Business.
Lagi memimpin itu tiba-tiba teman saya datang bilang “tum-tum (ketua umum, red) ini ada berita”. Kaget saya, kaget sekali. Dan saya menelepon seseorang, kemudian saya menjabarkan kemarahan saya. Dalam artian tolong lah saya dihormati.
Karena bagaimanapun seharusnya bicara dulu dong apalagi subjek dan objeknya kan saya. Waktu itu mengejutkan karena keluarga saya sampai mempertanyakan mengapa saya memutuskan sesuatu yang sangat besar namun belum bicara ke keluarga.
Dari organisasi juga banyak yang mempertanyakan, saya diajak rapat, dan saya katakan memang saya tidak tahu. Sama halnya dengan korporasi.