"Mau enggak ini? Jamu yang meningkatkan imunitas, pak. Kalau diminum rutin setiap hari, membuat badan menjadi gemoy, pak," ujarnya dengan tawa nakal.
Tak hanya itu, Mbok Jamu juga menawarkan jamu lain yang konon dibutuhkan semua peserta Pemilu, yakni Jamu Elektabilitas.
Jika elektabilitas tak kunjung meroket dengan jamu tersebut, maka masih ada opsi lain untuk dicoba.
Dalam lakonnya, Inaya tampak mengangkat ember kecil beserta gayung yang kerap dibawa-bawa Mbok Jamu selain bakul.
"Kalau masih belum naik juga elektabilitasnya, 'tak kasih yang ini pak."
"Hush! Masa dikasih ember?"
Rupanya ember kecil dan gayung tersebut berujung pada sindiran bagi si pria berambut putih.
"Iya. Buat wudhu pak, bisa naik elektabilitas," ujar Inaya dengan logat medok Jawa, diiringi tawa dan tepuk tangan penonton.
Selain jamu, ada lagi kelakarnya yang dianggap ngeri bagi para pelakon lain.
Saking ngerinya, sampai diklarifikasi bahwa dialog Mbok Jamu di pentas kali ini banyak diimprovisasi oleh Inaya.
Klarifikasi tersebut dilontarkan dalam sebuah adegan yang mengangkat kritik sosial mengenai lapangan pekerjaan.
Lagi-lagi, sindiran terhadap peserta Pemilu disisipkan Mbok Jamu dalam dialognya, yakni merujuk pada cawapres yang merupakan anak dari presiden.
"Ibumu sudah bangkrut ya jualan jamu gini?"
"Hari ini nyari kerja tuh susah pak. Saya sudah bagus jadi tukang jamu. Susah, beneran. Wong anak presiden saja harus dicariin kerjaan sama bapaknya," ujar Inaya dengan lantang, disambut tawa seisi ruang teater.