Dia menilai, format semacam itu akan lebih bisa mendalami gagasan para
kandidat daripada format debat yang telah diterapkan.
Sara berharap KPU akan mempertimbangkan usulan tersebut.
"Lebih ke town hall meeting yang memang itu formal tanpa terlalu membatasi waktu untuk paslon berbicara," ucap dia.
Seti Tanya Jawab Diperbanyak
Sementara Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini meminta KPU memperbanyak
waktu sesi tanya jawab antar capres cawapres pada edisi debat berikutnya.
Tujuannya agar bisa memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat.
”Terkait teknis acara debat, alokasi waktu untuk tanya-jawab antar-calon harus lebih diperbanyak. Karena ini merupakan pembelajaran politik yang baik untuk masyarakat. Selain itu, tidak semua tema terjawab dengan baik karena keterbatasan waktu yang disediakan untuk menjawab bagi masing-masing calon,” ucap Titi.
Titi juga menyoroti jalannya debat perdana capres di halaman kantor KPU RI yang
terganggu dengan ramainya tim pendukung dari masing-masing pasangan calon
Capres-Cawapres.
Titi menilai banyaknya penonton dari tim pendukung paslon seharusnya dikurangi guna menjaga teknis jalannya debat agar substansi visi-misi dapat tersampaikan sepenuhnya.
Dia juga menyarankan agar KPU dapat mengevaluasi keramaian tim pendukung paslon
guna tidak mengganggu ketersediaan waktu karena seringnya moderator mengendalikan keramaian.
"Kami dari Perludem mengusulkan debat itu hanya fokus pada calon, panelis, moderator atau pun ada tim yang menyertai, itu tim inti saja. Tidak perlu dalam jumlah besar," kata Titi.
Titi bahkan menyinggung aksi cawapres 02, Gibran Rakabuming yang meminta sorak
sorai dukungan penonton.
Menurutnya itu tidak perlu sehingga tidak terlihat seperti pertandingan sepakbola.
"Jadi KPU perlu mengevaluasi sejumlah teknis seperti itu, karena fokus debat yang semestinya substansi itu malah seolah-olah menjadi pertandingan sepakbola dengan sorak sorai pendukung," lanjut Titi. (Tribun network/mar/igm/dod).