TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto didampingi Maruarar Sirait bertemu pendeta-pendeta PGI Jumat sore (19/01/2024).
Kunjungan yang berlangsung sekitar satu setengah jam dijadwalkan dalam agenda membuka ruang diskusi dengan para pendeta.
Seperti diketahui PGI beranggotakan 86 sinode gereja di seluruh Indonesia.
Selain pendeta dari anggota PGI hadir juga pendeta PGI Wilayah sekitar dan PGI Wilayah Papua. Juga tampak hadir pimpinan LAI, GMKI dan GAMKI.
Tampak hadir Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom dan Sekum PGI Pdt. Jacklyn Frizt Manuputty serta jajaran pengurus PGI lainnya seperti Drs. Arie Moningka dan Pdt. Jimmy Sormin. Selain itu hadir Pdt. Henriette Lebang (Direktur LAI), Ketua Umum PP GMKI Jefry Gultom, Ketua Umum DPP GAMKI Sahat Martin Sinurat.
Kepada awak media usai pertemuan bertempat di lobi utama PGI, Ara Sirait resmi menyampaikan dukungannya terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk Pilpres 2024.
“Saya dukung Pak Prabowo dan Mas Gibran karena saya yakin bisa melanjutkan hal yang baik yang dilakukan Pak Jokowi adalah Prabowo-Gibran,” ujar Maruarar Sirait.
Dukungan tersebut, kata Ara, setelah dirinya berdoa dan berkonsultasi kepada orang-orang yang dipercayainya termasuk keluarga.
“Dukungan kepada Pak Prabowo dan Mas Gibran setelah saya berdoa dan juga tentu berkonsultasi orang terdekat dan keluarga.”
Meski telah mendukung paslon 02 Prabowo-Gibran, Maruarar belum mengatakan akan bergabung dengan partai politik pendukung Prabowo-Gibran atau Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
Kendati demikian, kepada awak media, Ara mengungkapkan dalam waktu dekat dirinya akan menggelar deklarasi relawan yang mendukung Prabowo-Gibran.
Salah satunya, pada Minggu, 21 Januari 2024 rencananya akan menghadiri relawan “Sahabat Bang Ara” di Majalengka.
“Ya diwaktu tak lama saya juga akan hadir di Subang, Sumedang, Bandung kemudian dibeberapa kota di Jakarta. Juga ada rencana menghadiri undangan dari jaringan kawasan Danau Toba," katanya.
Baca juga: Pekan Depan, Maruarar Sirait Bakal Safari Politik ke Sejumlah Daerah Kampanyekan Prabowo-Gibran
Prabowo menyampaikan bahwa dirinya sudah banyak bicara dimana-mana terkait visi misinya.
“Kita bersyukur ke pendahulu-pendahulu bangsa yang punya pemikiran cemerlang. Penggerak kemerdekaan adalah tokoh muda dengan melahirkan Sumpah Pemuda. Sudah ada konsep majemuk, berbeda-beda tapi satu, menerima kenyataan takdir dari Tuhan,” imbuhnya.
“Kalau ada pemimpin muda sekarang dihujat, saya heran, dulu kan pemimpin kita muda-muda mecetuskan Sumpah Pemuda. Founding Fathers memilih Pancasila bisa mempersatukan suku, agama, etnis di Indonesia,” kata Prabowo.
Saat Prabowo cerita lahir dari keluarga majemuk
Prabowo Subianto, mengungkapkan kisah tentang dirinya yang lahir dari keluarga yang majemuk.
"Saya datang dari keluarga yang ayahnya (suku) Jawa, Ibunya Sulawesi. Saya tahu majemuk. Ada (keluarga) yang Kejawen, ada yang Muslim, ada yang Kristen. Kita hidup rukun tidak ada masalah," kata dia.
Prabowo melanjutkan, tidak pernah sekalipun dalam keluarganya mempermasalahkan perbedaan agama. Ketika pertikaian terjadi pun, hal itu disebabkan oleh ketidakcocokan dalam berpendapat.
"Kita hidup rukun tidak ada masalah. Kalau bertikai bukan urusan agama pasti karena ketidakcocokan, bukan masalah agama," ujar Prabowo.
Dalam kesempatan itu, ia mengaku sudah beberapa kali bertemu dengan pemimpin, dan anggota PGI. Prabowo mengenang, kedekatan keluarganya dengan PGI bermula ketika salah satu pamannya memimpin Lembaga Alkitab Indonesia pada tahun 60-an.
"Saya kira saya bukan orang baru di kalangan PGI. Kalau tidak salah di ruangan ini juga bertatap muka dengan wartawan Kristen, dan banyak keluarga saya memang juga dari keluarga besar Kristen Protestan," ujar dia.
"Bahkan saya ingat salah satu paman saya juga memimpin Lembaga Alkitab Indonesia, tahun jaman dulu 60-an. Dan waktu itu gedung PGI belum sebagus ini," tambah dia.
Tidak hanya dalam keluarga, menurut Prabowo kehidupannya juga diwarnai dengan kemajemukan. Ia bercerita selama bertugas sebagai tentara, kawan-kawan hingga komandannya berasal dari berbagai suku dan agama.
"Saya masuk tentara, masuk Akmil, Sapta Marga itu pertahanan Pancasila. Saya tidur di sebelah saya ada orang Katolik, Hindu. Bersama-sama kita operasi," imbuhnya.
Salah satu nasihat yang tidak terlupa, yaitu dari seniornya Tarmizi Taher, seorang Laksamana AL yang menjabat sebagai Menteri Agama tahun 1993-1998. Saat itu, Tarmizi menekankan masyarakat minoritas merupakan saudara seperjuangan yang juga bagian dari bangsa Indonesia.
"Orang-orang minoritas bukan indekos, dia bayar. Dia bayar dengan keringat dan air mata. Jadi dia adalah saudara kita, seperjuangan, saudara sebangsa dan setanah air," kata Prabowo.