Laporan Wartawan Serambi, Jafaruddin
TRIBUNNEWS.COM, LHOKSUKON - Mukhlisin, Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) 08 di Gampong Rawang Itek, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara dianiaya oleh Petugas Sekretariat Petugas Pemungutan Suara (PPS) Desa Rawang Itek, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara berinisial SY.
Akibatnya korban mengalami luka di bagian kepala dan mengalami pendarahan parah.
Hingga Minggu (18/2/2024) Mukhlisin masih menjalani perawatan di RS Kasih Ibu Lhokseumawe.
Dia dianiaya SY ketika hendak dimulai proses penghitungan suara Pemilu 2024 di lokasi TPS 08, Rabu (14/2/2024).
Baca juga: Pemuda 20 Tahun Tewas Dianiaya Pria Mabuk, Keluarga Serahkan Proses Hukum ke Polisi
Kasus tersebut kini dalam proses penyelidikan polisi setelah dilaporkan keluarga korban pada Kamis (15/2/2024) ke Polres Aceh Utara.
Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan Panwaslih Aceh Utara Iskandar Abd Rani kepada Serambinews.com, Minggu (18/2/2024) menyebutkan kasus itu bermula saat pelaku keluar masuk tempat pemungutan suara (TPS) yang sedang dikawal korban.
Karena secara aturan petugas Sekretariat PPS tidak dibenarkan keluar masuk lokasi TPS, sehingga korban menegur SY dan kemudian melarangnya untuk mengulanginya.
Dalam aturan, selain Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), PTPS dan saksi dilarang masuk ke TPS saat proses perhitungan suara.
"Pelaku mengancam korban dengan nada lantang “kapreh beh”, karena tak terima dengan teguran serta larangan itu," ungkap Iskandar.
Korban mengira ancaman tersebut sebagai gertakan saja, dan langsung melanjutkan tugasnya mengawasi TPS.
"Saat hendak dimulai proses penghitungan suara untuk DPR RI, sekira pukul 20.00 WIB, tiba-tiba datang pelaku langsung memukul korban di bagian kepala sehingga mengeluarkan darah," kata Iskandar.
Baca juga: Sempat Dirawat di Rumah Sakit, Ketua KPPS TPS 7 di Salakan Boyolali Meninggal Dunia
Berdasarkan keterangan korban dan warga yang berada di lokasi kejadian, pelaku mengeroyok korban dengan dua temannya.
Namun, korban dan warga tidak mengenali dua pria lainnya dalam kasus pengeroyokan itu, karena bukan warga setempat.