Awal mulai komunikasi dengan korban yaitu saat mendapatkan ajakan bergabung di media sosial pada Jumat (15/4/2018).
Ternyata grup tersebut berisikan kaum LGBT, karena warga baru banyak yang mengajak kenalan dengan korban.
Hingga akhirnya korban mengirimkan pesan kepada pelaku, lalu mengirim beberapa foto syur korban.
Korban pun mengajak pelaku bertemu dan melakukan hubungan badan sesama jenis.
"Pelaku merasa kesal karena saat chat di Whatsapp, korban mengajak pelaku berhubungan sesama jenis. Ternyata pelaku tidak suka hal tersebut sehingga merasa kesal," katanya.
Sapta mengatakan, pelaku ingin memberikan pelajaran kepada korban atas perbuatanya yang membuat dirinya tidak suka.
Pertemuan pun terjadi, bahkan pelaku juga sudah merencanakan untuk melukai korbannya.
"Pada awalnya pelaku ingin kasih pelajaran. Ini baru pertama kali kenal. Kenal Jumat, Sabtu ajak ketemu enggak jadi, Senin lagi. Pelaku kesal karena korban terus mengejar pelaku," katanya.
4. Habisi korban dengan sangkur
Dalam ungkap kasus yang digelar di Polres Metro Jakarta Timur, Jatinegara, polisi menunjukkan alat yang digunakan pelaku untuk menghabisi nyawa korban.
"Pelaku menghabisi nyawa korban dengan Sangkur yang dipinjam dari teman yang tinggal disekitar lokasi pembunuhan," kata Kasatreskrim Polres Jakarta Timur AKBP Sapta Maulana kepada wartawan, Rabu (18/4/2018) dilansir dari Tribun Jakarta.
Sebelum bertemu dengan korban, pelaku meminjam senjata tajam tersebut dari temannya yang bernama Alfond Baddu sekira pukul 18.30, Senin (16/4/2018).
Setelah membawa korban ke tempat sepi dan gelap di belakang kampus UKI, pelaku kemudian mengeluarkan dan langsung menghujamkan sangkur tersebut ke dada sebelah kiri korban sehingga korban terjatuh.
Tak puas melihat korban tersungkur, lantas pelaku menusukan kembali sangkur tersebut ke tubuh korban sebanyak enam kali.
"Korban ditusuk enam kali tusukan sehingga korban meninggal dunia di tempat," katanya.