"Ya memang begitu kondisinya. Bukan saya saja, yang lain pun kalau cerita juga sama. Sekarang makannya ya telur atau mi instan saja yang lebih sering," jelasnya.
Beruntungnya, ia mendapatkan istri yang penyabar dan memaklumi kondisinya. Berapapun uang yang didapat Ferdinan selalu diterima dan digunakan sebaik mungkin.
"Mungkin dulu sebelum pandemi sehari bisa bawa pulang minimal Rp 150 ribu (karena kelompok), jadi kan dibagi uang komisinya, tapi sekarang dapat Rp 20 ribu saja susah. Jadi kalau saya kasih uang ke rumah benar-benar dimanfaatkan dengan baik," jelasnya.
Ferdinan mengatakan alasannya tetap bertahan lantaran tanggung jawab pekerjaan.
Ia berpikir semua ini akan berakhir sehingga ia masih bertahan dipekerjaan seperti ini.
"Sebenarnya kita hanya tanggung jawab kerja. Kerja, tanggung jawab biarlah kita rugi mana tahu besok ada perubahan. Kalau kita tinggal cari pekerjaan susah," ucapnya.
Ferdinan berharap pandemi segera berakhir dan terminal bayangan tak lagi menjamur.
Pasalnya, kata Ferdinan, syarat perjalanan yang ditetapkan membuat sejumlah penumpang beralih ke terminal bayangan yang peraturannya tak seketat di Terminal Terpadu Pulogebang.
"Terminal bayangan memang mempengaruhi, karena aturan di sini ketat jadi ada yang memilih naik dari lokasi-lokasi tersebut. Jadi semoga semuanya segera membaik dan ekonomi kita kembali normal dan stabil," tandasnya.