TRIBUNNEWS.COM – Tidak ada orangtua yang tidak menyayangi anak-anaknya. Semua itu sudah otomatis tersimpan di dalam hati sanubari orangtua, bagaimana pun perilaku dan sifat anak-anaknya.
Namun, bagi ibu yang hendak melahirkan, hendaknya rasa sayang kepada calon anak juga ditambah lagi dengan melakukan IMD. Apa itu IMD?
Secara sederhana, IMD bisa diartikan sebagai Insiatif Menyusui Dini. IMD merupakan proses menyusui yang dilakukan segera setelah bayi lahir.
Banyak pihak mengatakan, manfaat IMD sangatlah luar biasa. Selain bisa terjadi kontak pertama kali antara kulit ibu dan bayi, IMD juga bermanfaat membuat anak jadi lebih sehat dan bergizi tinggi.
Atas dasar itu, tidak heran Kementerian Kesehatan sangat concern terhadap IMD. Bahkan, Kemenkes sampai menuangkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 15 tahun 2014 yang salah satu pasalnya memuat anjuran tentang IMD.
Menurut Pasal 2 aturan tersebut, tenaga kesehatan wajib melaksanakan IMD terhadap bayi yang baru lahir pada ibunya paling singkat satu jam. Itu dapat dilakukan sejauh tidak ada kontradiksi medis yang terjadi.
Namun, Dokter Spesialis Anak sekaligus Ketua Pembina Sentral Laktasi Indonesia, Utami Roesli, menyayangkan banyak tenaga kesehatan yang tidak mengindahkan pasal tersebut.
Terkadang sampai saat ini masih banyak tenaga kesehatan yang salah kaprah ketika menerapkan IMD.
Utami mengatakan, ketika menerapkan IMD, terkadang bayi sudah diangkat dari atas dada ibunya kurang dari satu jam oleh tenaga kesehatan.
“Target IMD bukan menemukan puting. Kalau 55 menit sudah menemukan puting, kemudian keluar ASI, menyusui, lalu diangkat, ya tidak begitu. Syaratnya tidak boleh kurang dari satu jam,” tutur Utami dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Menurut Utami, IMD yang ideal dapat dilakukan segera setelah bayi baru lahir. Caranya pun tidak rumit. Ia menyatakan cukup gendong dan letakkan bayi di atas dada dan biarkan ia mencari puting ibunya sendiri.
Biasanya, 99 persen bayi berhasil menemukan puting ibunya tanpa bantuan, untuk kemudian menyusui.
Proses IMD sendiri terjadi karena kelenjar penghasil ASI di payudara ibu memiliki aroma khas yang bisa memancing bayi mendekat. Biasanya, bayi akan berhasil menemukan puting ibu 30-60 menit setelah IMD dilakukan.
Di samping itu, IMD yang baik juga mensyaratkan adanya sentuhan langsung antara kulit bayi dan ibunya. Sebab, nantinya, sang bayi akan merasa hangat ketika ada di atas dada ibunya.
Lebih lanjut, Utami menyatakan, proses IMD selama minimal 1 jam itu bermanfaat untuk menyempurnakan saluran pencernaan bayi yang baru lahir.
Selain itu, interaksi yang terjadi antara sang bayi dan ibunya pun membantu menurunkan risiko terjadi hipotermia.
Turunnya risiko hipotermia itu terjadi karena adanya kehangatan yang mengalir dari ibu melalui sentuhan kulit.
Di samping itu, aroma tubuh sang ibu juga membuat bayi mengenali dan merekam bau tubuh ibunya. Jadi, tanpa disadari, hubungan emosional yang terjadi antara keduanya menjadi lebih erat.
Atas dasar itu, Utami menyarankan IMD wajib dilakukan dalam waktu satu jam penuh agar hasil dan manfaatnya terasa maksimal.
Dengan demikian, kegiatan lain seperti menimbang berat badan, menggendong, atau memandikan bayi dapat dikesampingkan dulu untuk sementara waktu.
Selain bermanfaat besar, IMD juga wajib dilakukan karena kegiatan itu menjadikan bayi menyerap ASI Eksklusif. Sebab, seperti sudah diketahui bersama, ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi.
Oleh karena itu, jangan remehkan waktu yang sebentar untuk melakukan IMD. Memang benar prosesnya hanya memakan waktu 1 jam, tapi pengaruhnya dapat terus terasa seumur hidup bayi kelak.
Selamat jalankan IMD, ibu-ibu mandiri Indonesia.
Berita dan info kesehatan lainnya dapat dilihat lebih lanjut di laman www.depkes.go.id dan www.sehatnegeriku.com. (advertorial)