Laporan Waratwan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Produksi buku di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan kurang kata Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Salah satunya terlihat dari perbandingan antara produksi buku pertahunnya, dengan jumlah warga negara Indonesia.
Jusuf Kalla, dalam sambutannya di acara peluncuran buku "Perjalanan Sejuta Makna," di toko buku Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Rabu (11/11/2015), mengatakan bahwa pertahunnya Indonesia hanya memproduksi sekitar 26 ribu copy buku, dengan sekitar 50 persennya adalah buku terjemahan.
Angka 26 ribu dapat dikatakan sangat kurang menurut Jusuf Kalla, bila jumlah tersebut dibandingkan dengam jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai lebih dari 250 juta orang. Menurutnya ada sejumlah faktor yang menyebabkan lesunya produksi buku.
"Sebenarnya ada dua hal, pertama minat baca kita. Di banyak sekolah, kita tidak banyak diwajibkan banyak baca buku," ujarnya.
Produksi buku yang minim, juga disebabkan oleh mahalnya ongkos penerbitan, dan minimnya keuntungan yang didapat. Hal itu membuat banyak orang kurang tertarik untuk memproduksi buku. Jusuf Kalla mengaku tahu hal tersebut dari pengalamannya memproduksi buku.
"Oleh temen-teman (saya) banyak dituliskan buku, buku tentang saya barangkali ada dua puluh tujuh buku.Tapi dari semua itu, tidak ada pemasukannya, yang ada ongkosnya," ujar Jusuf Kalla yang mancing tawa peserta peluncuran buku.
Kini untuk memproduksi buku, seseorang perlu memiliki yang dalam jumlah besar terlebih dahulu, tanpa beeharap keuntungan. Hal itu membuat banyak orang berpikir, bahwa memproduksi buku tidak bisa dijadikan sebuah mata pencarian.
Faktor-faktor tersebut juga membuat harga buku tidak murah, dan sulit dijangkau. Menurut Jusuf Kalla untuk menekan harga jual buku, maka harus ada subsidi dari pemeritah.
"Nanti saya akan juga pertimbangkan dari segi pemerintah, bagaimana subsidi itu, sehingga orang mempunyai minat bukan hanya membaca, tapi minat menulis juga," tandasnya