Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni menyebut telah terjadi tragedi kemanusiaan dan demokrasi di kabupaten yang dipimpinnya.
Hal tersebut menyusul terjadinya kisruh Pemilihan Kepala Daerah Intan Jaya.
Menurut Natalis, pendukung pasangan calon nomor urut dua menekan dan mengancam KPU Intan Jaya untuk menetapkan pasangan tersebut sebagai pemenang Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati.
Padahal, kata Natalis, masih ada suara dari tujuh kecamatan yang belum direkap.
"Terjadi demokrasi yang chaos di Intan Jaya dalam proses rekapitulasi suara sampai juga terjadi korban nyawa," kata Natalis di Hotel Grand Cemara, Menteng, Jakarta, Sabtu (25/3/2017).
Menurutnya, tragedi tersebut terjadi setelah ada aksi saling serang dan provokasi dari tokoh-tokoh politik tertentu.
"Sehingga masyarakat yang awam terpancing emosi dan termovitasi untuk tekan KPUD yang sedang melaksanakan rekapitulasi," katanya
Menurut Natalis, rekapitulasi yang dimulai 22 Februari 2017 tersebut awalnya berjalan lancar.
Akan tetapi, kondisi normal tersebut berubah keesokan harinya.
Natalis mengungkapkan pihaknya mendapat laporan jika mulai hari itu, pasangan calon urut dua mengarahkan pendukungnya untuk mengepung KPU Intan Jaya.
Dalam rekaman video amatir yang diperlihatkan, Natalis mengatakan pasangan calon nomor urut dua tersebut hadir di lokasi dan memimpin massa untuk menduduki kantor KPU Intan Jaya.
Maksudnya jelas, segera menetapkan pasangan tersebut sebagai pemenang.
Natalis mengatakan jika aparat keamanan turut menekan komisioner untuk mengeluarkan SK.
Akhirnya, pendukung beringas, memasuki KPU Intan Jaya dan melakukan perusakan.
"Seluruh fasilitas KPU hancur berantakan dan bahkan kantor KPU juga dirusak kaca dan semua atap dibolongin oleh lemparan batu dan mereka tertekan," kata Natalis.
Untuk mengatasi kekacauan, Natalis mengatakan Pemerintah Daerah bersama aparat keamanam mengevakuasi para komisioner ke rumah dinas bupati karena itu adalah fasilitas negara.
Ternyata kata Natalis, kerusuhan tidak berhenti dan menelan korban jiwa pada malam harinya
Keadaan semakin gawat karena menurut Natalis, pendukungnya diserang pendukung paslon nomor urut dua mulai keesekon harinya pukul 05.30 WIT hingga 17.00 WIT.
Perang pun pecah diantara dua kubu dan merenggut enam nyawa.
"Jadi enam orang meninggal dunia kena anak panah dan ratusan orang kurang lebih 600 orang luka-luka. Semua rumah terbakar, kemudian juga ternak, kios dijarah dan terbakar," ujarnya.
Pemda kemudian memutuskan untuk mengungsi ke rumah pastoran supaya terlindungi.
Tanggal 25 Februari, Kapolda Papua dan Pangdam turun ke lokasi.
Pilkada Intan Jaya diikuti empat paslon yakni Bartolomius Mirip - Deni Miagoni , Yulius Yapugau - Yunus Kalabetmen.
Kemudian Natalis Tabuni - Yan Kobogeyau dan Thobiaz Zonggonau - Hermanus Miagoni.