Juru Bicara Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, langkah itu diambil untuk mengantisipasi teror serupa.
"Intinya kami waspada untuk meningkatkan pengamanan markas jangan sampai kita jadi korban ya," ujar Argo.
Pintu Masuk Polda Metro Jaya kini semakin diperketat. Personel anggota Brimob mengenakan rompi anti peluru dengan senjata lengkap mengawasi tamu yang masuk ke markas polisi.
"Itu bagian daripada kekuatan kami ya. (jumlah personel) Tak mungkin saya sampaikan," kata Argo.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyebutkan pola serangan teror telah berubah. Hal itu terlihat dari aksi teroris di Kampung Melayu menggunakan bom kemudian berubah saat beraksi di Mapolda Sumatera Utara dan Masjid Faletehan Blok M yang memakai pisau untuk menyerang polisi.
"Diubah, diubah, karena bom kan semakin sulit bahan bakunya. Walau pun ternyata ada bahan baku baru yang dari apalah yang konon dipakai di Kampung Melayu. Dan kemudian, sekarang upaya dari pihak kepolisian terus, sehingga mencari bahan itu semakin sulit," kata Hasanuddin.
Hasanuddin mengungkapkan tujuan penggunaan pisau sangkur oleh teroris. Dimana, pisau tersebut bagian dari merebut senjata aparat.
Bila berhasil merampas senjata api miliki aparat, kelompok teroris itu melakukan gerilya kota.
Caranya, bersembunyi di wilayah perkotaan lalu berbaur dengan masyarakat di daerah urban.
"Daerah-daerah yang mungkin sulit dideteksi oleh RT/RW dan aparat intelijen. Lalu, kemudian mereka keluar bawa senjata," kata Politikus PDI Perjuangan itu.
Hasanuddin mengatakan setelah anggota teroris itu mendapatkan sejumlah senjata maka membentuk regu lalu peleton.
Kelompok teroris itu juga akan membentuk titik kumpul melalui sistem komunikasi. Kelompok itu akan terbentuk setelah memiliki 20-30 orang.
"Harus diwaspadai. Model-model taktik perperangan mereka, sudah harus diwaspadai. Sehingga, kita harapkan polisi ke manapun, harus tetap siaga. Saya sepakat dengan instruksi Kapolri," kata Hasanuddin.
Diketahui, pada 24 Mei 2017 terjadi dua ledakan bom di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur yang mengakibatkan anggota polisi menjadi korban.