Ia khawatir jika jumlah massa terlalu banyak, maka akan ada kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan penyusupan.
"Sebab kalau banyak massa, itu kalau kesusupan yang niatnya buruk, kan jadi masalah," katanya.
"Pengalaman saya yang lalu lalu kan juga banyak menghadapi demonstrasi," ujarnya.
Polisi Bantu
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan, pihak kepolisian akan memfasilitasi pertemuan antara MUI dengan Kedubes AS.
Baca: Sang Ibu Tak Punya Firasat Kematian Nindy Tapi Mimpi Anak Pertamanya Jadi Kenyataan
"Ada perwakilan 10 orang, kita mediasi," ujar Argo.
Mereka adalah KH Marsudi Syuhud, ustaz M Zaitun Rasmin, Ustaz Misbahul Ulum, Amirsyah Tambunan, Imam, Ustaz Bachtiar Nasir dan tokoh lainnya.
Mereka akan menyampaikan sikap secara tertulis atas kebijakan Presiden Donald Trump menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 6 Desember dan memulai proses pemindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Nanti ada dari Kedutaan sana (Kedubes AS untuk Indonesia), ada perwakilan dari sana," ujar Argo.
Sementara itu Menteri Agama (Menag) RI Lukman Hakim Syaifuddin menyatakan keinginannya untuk ikut hadir dalam aksi dukung Palestina yang diadakan GNPF MUI.
"Saat ditanya soal itu saya coba balik bertanya apakah seorang menteri yang notabene sebagai pembantu presiden layak untuk ikut dalam ak
Baca: Pengacara Setya Novanto Konfirmasi ke KPK terkait Hilangnya Nama Ganjar, Yasonna dan Olly
si unjuk rasa. Tapi sebenarnya saya ingin sekali ikut dalam acara itu, bukan dalam kapasitas untuk menjelaskan posisi Indonesia, tetapi ikut berdoa bersama agar penderitaan rakyat Palestina segera berakhir," ujarnya.
Menurutnya pemerintah, apakah itu Kementerian Agama ataupun Presiden tidak perlu lagi menjelaskan posisi Indonesia yang mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.