Laporan Wartawan Tribunnews.com,Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan RI Nila F Moeloek mengaku prihatin dengan adanya gerakan antivaksin saat kasus Difteri merebak.
Meskipun begitu, Nila tidak mempermasalahkan jika ada sekelompok orang yang memiliki pikiran antivaksin.
Ia berharap orang-orang yang antivaksin tidak menyebarkan bahkan memaksakan pikirannya kepada orang lain yang bisa berdampak pada kerugian, seperti meninggal dunia.
Baca: KSAU Baru Akan Ditunjuk Tidak Lama Lagi
"Bagaimana bisa masuk surga orang itu (orang antivaksin), apalagi orang (korban antivaksin) itu mati. Bisa mengadu langsung sama Tuhan," ujar Nila dalam diskusi Forum Merdeka Barat, Kominfo, Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (12/1/2018).
Lebih lanjut, ujar Nila, tak ingin memperpanjang masalah dengan mempidanakan orang-orang antivaksi tersebut.
"Enggak (dipidana) tadi kan sudah diputuskan, yang gak saya. Tapi memang itu (vaksin) hak anak, sebagai orang tua kita harus bijak," ujar Nila.
Baca: 10 Jam Lebih, Dokter Bimanesh Masih Jalani Pemeriksaan di KPK
Saat disinggung, kehalalan vaksin, Menkes berpendapat Kementerian Kesehatan selalu bekerjasama dengan Kementerian Agama, MUI, serta Badan Produksi Jaminan Halal (BPJH) pada agenda vaksin maupun obat-obatan.
Diketahui, Pemerintah Indonesia tengah gencar melakukan program Outbreak Response Immunisastion (ORI) di berbagai provinsi di Indonesia.
Pada bulan Desember 2017 lalu, pemberian ORI oleh Kemenkes RI dilakukan di 3 provinsi, yakni Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat dengan sebaran di 85 kota maupun kabupaten.
Baca: 1.293 Mobil Mewah Menunggak Pajak, Anies Sebut Ada Lamborghini Aventador Seharga Rp 9,6 Miliar
Sedangkan pada Januari ini akan diperluas pada 8 provinsi, seperti Lampung, Sumbar, Sulsel, dan Aceh, dengan sebaran 73 kota maupun kabupaten.
Sepanjang tahun 2017 di Indonesia ditemukan sebanyak 954 kasus Difteri dengan jumlah kematian mencapai 44 kasus atau sekitar 4,61 persen.
Difteri merupakan penyakit menular yang endemis, dapat dicegah dengan imunisasi.
Penyakit ini disebabkan Kuman Corynebacterium Diptheriae, dengan gejala klinis demam suhu lebih kurang 38 derajat celcius, terdapat selaput putih keabu-abuan tak mudah lepas di tenggorokan, sakit saat menelan.