Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi NasDem Ahmad Sahroni meminta insiden peluru nyasar tidak terus "digoreng' dan dibesar-besarkan.
Ia menilai apabila terus diperbesar maka akan menimbulkan prasangka.
“Jangan ada yang menggoreng isu ini. Kita sudah terlalu sering menganggap hal-hal kecil menjadi lebih besar dan tak terkendali. Peluru nyasar ini bisa memicu prasangka yang besar,” kata Sahroni, Selasa (23/10/2018).
Insiden peluru nyasar, lanjut dia, karena kelalaian. Peluru yang menyasar enam ruangan anggota dewan tersebut murni karena ketidaksengajaan para tersangka yang sedang latihan.
"Saya juga kan kebetulan aktif mengikuti latihan menembak, sehingga saya paham betul apa yang menyebabkan sehingga peristiwa peluru nyasar tersebut bisa terjadi," katanya.
Sahroni mengatakan ia berani berdebat dan menjelaskan kepada mereka yang menganggap bahwa peluru nyasar tersebut ada unsur kesengajaan.
Meskipun demikian, menurutnya, perlu ada evaluasi terhadap kejadian tersebut sehingga tidak terulang di kemudian hari.
"Jadi sebelum kita berdebat apakah lapangan tembak perlu direlokasi atau tidak, lebih baik coba kita pikirkan dulu apakah ternyata SOP nya yang harus dirombak total atai diperkuat atau memang kepengurusan Perbakin harus direstrukturisasi. Kita coba evaluasi bersama," katanya.
Ia mengatakan, jangan terlalu jauh berencana melapisi gedungDPR dengan kaca film tahan peluru, sebelum adanya evaluasi latihan menembak di Perbakin.
"Kita harus memastikan terlebih dahulu sistem yang ada diperbakin sudah baik. Perbakin harus membuat SOP yang lebih tegas lagi. Solusi kaca anti peluru untuk gedung DPR hanya buang-buang APBN,” pungkasnya.(*)