News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Natal 2018

Belajar Toleransi dan Bertenggang Rasa dari Kampung Sawah

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Santo Servatius, Matheus Nalih Ungin

Kehidupan sosial di Kampung Sawah nyatanya memang unik. Warga Kampung Sawah tidak mengedepankan sikap fanatisme. Jadi, bila ada kegiatan yang berhubungan dengan kemasyarakatan tidak ada perselisihan.

Semuanya berbaur dalam lingkungan sosial, tidak ada masalah atau pergesekan.

“Di luar kegiatan keagamaan, saya biasa-biasa aja dan membaur dengan yang lain, ketika kami punya klub sepak bola, klub voli, semua bergabung dan tidak ada masalah. Tetapi saat masuk ke ranah agama, ya kami beribadah masing-masing,” ucap Matheus.

Kata Matheus, warga Kampung Sawah pada umumnya juga terus berupaya menjalankan kegiatan yang dianggap bernilai bagi masyarakat.

Mereka tidak pernah melihat latar belakang agama, tetapi tujuan kegiatan yang dilaksanakan. “Bila warga mengetahui suatu gerakan yang menyangkut kepentingan umum, tanpa pikir panjang mereka turun membantu,” katanya. 

Warga Kampung Sawah, termasuk Matheus, juga menjaga sikap saling mengingatkan untuk menjalani kewajiban beragama.

“Misal anda Muslim dan sedang mewawancarai saya, azan pun berkumandang, saya akan mengingatkan anda untuk salat,” jelasnya.

Matheus ingin ikatan persaudaraan ini tetap terjaga. Dia ingin masyarakat terus mengambil bagian dalam kegiatan sosial, misalnya kerja bakti.

Matheus ingin masyarakat bisa melihat manfaat kegiatan gotong royong dan hal lainnya yang secara bersama-sama. m“Kalau saya tidak menghargai mereka, jangan harap mereka menghargai kita, lakukan dulu yang seharusnya, diterima atau tidak urusan lain,” ucapnya.

Matheus sebetulnya tidak pernah merasa dirinya seorang tokoh masyarakat. Namun sikapnya yang turut menjaga pluralitas di Kampung Sawah ini telanjur memunculkan harapan bagi masyarakat.

Setiap ada acara ataupun kegiatan, dan butuh perwakilan dari umat Katolik, nama Matheus yang sering terlintas. “Kadang saya merasa tidak nyaman dengan sebutan tokoh agama, saya koreksi, saya warga yang memiliki kepedulian sosial,” ujarnya.

Matheus dikenal selalu sigap dalam hal memberi dukungan. Tanpa pandang latar belakang agama, siapapun yang kesulitan sebisa mungkin ia bantu.

Ia merasa itu bukan hal buruk, malah menjadi wujud sosial yang ia lakukan. Saat ini Matheus juga bergabung dengan Majelis Umat Beragama bersama tokoh-tokoh lainnya, berusaha menjaga kerukunan di Kampung Sawah.

Mereka sama-sama sadar kehidupan rukun Kampung Sawah bukan hal yang tiba-tiba muncul. “Hidup seperti ini sudah menjadi keseharian kami. Contoh ketika saudara-saudara kami yang Muslim Salat Ied, tanpa disuruh kami hadir di sana, karena itu sudah menjadi peran saya,” kata pria berumur 55 tahun itu.

Setiap hal yang berhubungan dengan keamanan, agama apa pun yang menyelenggarakan, Matheus dan teman-teman seimannya siap menjaga.

Kehadiran Matheus di kalangan umat beragama lainnya pun sangat diterima. Karenanya, Matheus ingin masyarakat Kampung Sawah tetap mencintai suasana seperti sekarang ini yang tidak terbatasi oleh agama.

Dia berharap kerukunan terus terjaga di tengah perkembangan teknologi saat ini. “Kalau ada teknologi yang mampu mengembangkan kerukunan ini, malah itu lebih baik,” harap laki-laki kelahiran 1963 ini.

Matheus juga berpesan kepada generasi milenial, untuk tetap menjaga lingkungan yang ada dengan baik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini