“Tapi jangan lupa, bahwa BUMN seperti ini juga dituntut meraih keuntungan."
"Jadi ada dual function, profit oriented and PSO."
"Bagaimana sebagai seorang CEO Ahok (harus) mampu meng-combine dua hal terserbut,” tutur Toto.
“Idealnya kemampuan men-create profit bisa dipakai untuk cross subsidy bagian yang PSO."
"Kalau (Ahok) bisa berhasil, berarti dia OK sebagai seorang leader,” sambungnya.
Senada dengan Toto Pranoto, peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman, juga menilai Ahok cocok menduduki jabatan Direktur Utama PT Pertamina atau PT PLN (Persero).
Dilansir Kompas.com, Ferdy mengatakan dua perusahaan tersebut memiliki tantangan besar.
Baik dari sisi finansial maupun tata kelola korporasi.
Tak hanya itu, Pertamina dan PLN juga dipandang menjadi sarang mafia, mulai dari mafia migas hingga proyek.
Berdasarkan rekam jejak Ahok selama ini, Ferdy pun menilai mantan gubernur DKI Jakarta ini sudah terbiasa berhadapan dengan mafia.
Mulai mafia korporasi, birokrat, hingga politisi yang memanipulasi APBD.
“Jauh lebih tepat lagi jika Ahok menjadi Direktur Utama PLN, karena dia bersih, bernyali, memiliki integritas dan kemampuan mengolah keuangan."
"PLN itu memiliki masalah bawaan di keuangan dan hampir semua Dirut PLN selama ini mengakhiri jabatannya karena korupsi,” terang Ferdy dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Lebih lanjut, Ferdy menyebutkan Ahok dibutuhkan di PLN untuk bisa memperbaiki kinerja keuangan perusahaan satu ini.