TRIBUNNEWS.COM - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diisukan akan bergabung dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kabar masuknya Ahok dalam BUMN menyebar setelah eks Bupati Belitung Timur ini mendatangi Kementerian BUMN dan bertemu Menteri BUMN, Erick Thohir, Rabu (13/11/2019).
Meski menuai pro dan kontra, namun Menteri BUMN, Erick Thohir menilai masuknya Ahok supaya jadi pendobrak di BUMN.
Staf khusus BUMN, Arya Sinulingga mengungkapkan Ahok Memiliki kredibilitas yang baik dan dianggap mampu bekerja secara transparan.
Arya menambahkan BUMN mengutamakan orang-orang yang profesional untuk menempati posisi-posisi strategis di dalamnya.
Ia juga menduga jika ada penolakan dari kawan pekerja BUMN, maka ada unsur ketakutan dan politis.
"Pertama mereka takut masuknya Ahok di BUMN akan kejadian seperti di DKI Jakarta, yang melakukan pembersihan birokrasi," ujarnya.
"Kedua, ini jangan-jangan Politik, ini lucu banget, kenapa sampai kawan-kawan di BUMN bermain-main politik?" tutur Arya dikutip dari YouTube Kompas TV pada Minggu (17/11/2019).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu santer dikabarkan akan menduduki posisi yang strategis yakni komisaris atau direktur utama.
Sejumlah tokoh memberi komentar terkait jabatan yang paling tepat untuk Ahok.
Peneliti Alpa Research Database, Ferdy Hasiman menegaskan jika posisi Ahok lebih pas ditempatkan sebagai direktur utama.
"Posisi Ahok yang paling pas itu Direktur Utama Pertamina, kalo direktur dia lebih bertenaga, kalau posisi komisaris dia hanya bertugas mengawasi dan melototi seluruh anggaran kerja Pertamina," ujarnya melalui YouTube Kompas TV.
Ferdy menambahkan jika ditempatkan sebagai direktur utama, kerja Ahok akan lebih maksimal.
"Kalau di direktur, kerja Pak Ahok akan lebih dimaksimalkan untuk bisa membantu banyak pekerjaan pak Jokowi dan pak Erick Thohir kedepan," tuturnya.