Dia mengenali dirinya tidak sehebat lima juru bicara khusus Gerindra yang diangkat Prabowo.
"Mungkin Pak Prabowo tahu, saya ini tidak punya kemampuan PR, juga tidak pintar Bahasa Inggris dan sekolahnya rendah tidak seperti para jubir yang orang-orang cerdas dan pintar," ucap Arief Poyuono.
"Kalau saya ini kan cuma kuli, tidak punya pengalaman. Saya hanya bisa ngomong kalau wartawan bertanya kepada saya karenanya kalau saya jadi jubir, bisa jadi kacau," ucapnya.
Menurut dia, seorang juru bicara harus mengetahui segala macam masalah yang ada, baik ekonomi, keamanan, pertahanan, sosial, agama dan lainnya.
"Sayangnya saya ini tidak punya kemampuan untuk itu karena waktu kerja, saya bukan seorang PR. Saya hanya kuli di perusahaan," jelasnya.
Karena itu dia menilai, lima kader Gerindra yang ditunjuk menjadi juru bicara Gerindra adalah sosok-sosok yang tepat.
Senada dengan Arief, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade menilai keputusan partainya menunjuk lima juru bicara khusus partai sudah tepat.
Menurutnya, juru bicara tersebut ditunjuk agar sikap atau kebijakan partai serta fraksi terhadap suatu permasalahan tersampaikan dengan jelas kepada masyarakat.
“Ya tentu hal itu sudah langkah yang tepat untuk mengambil sikap menunjuk resmi lima orang jubir partai, agar sikap atau statement para politisi sesuai dengan arah kebijakan partai,” kata Andre Rosiade saat dihubungi, Jumat (6/12/2019).
Selain itu, menurutnya, tujuan adanya juru bicara juga untuk menertibkan pernyataan yang diberikan kader-kader Gerindra.
Pernyataan yang disampaikan lima juru bicara khusus tersebut resmi dan sesuai dengan sikap partai.
Hanya saja Andre menolak menjelaskan siapa saja kader yang memberikan pernyataan yang tidak sesuai dengan arah kebijakan Partai Gerindra.
(Tribunnews.com/Nuryanti/Taufik Ismail)