"Ada kenaikan 20-25 persen terutama di Jawa atau maksimal 30 persen itu sudah bagus tapi tetap masih kelebihan suplai," katanya.
Saat lebaran kenaikan ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena kalau di Jawa Barat dan DKI justru berkurang karena orangnya mudik.
"Tapi kalau ada pelarangan mudik, artinya demand saat lebaran tidak ada tambahan, nilai konsumsinya tidak akan melonjak," kata peternak yang sudah berusaha sejak 2003 ini.
Peternak telah meminta agar pemerintah membuat kebijakan untuk menyikapi adanya over supply ini namun kebijakannya hanya reaktif saja.
Ketika peternak demo atau melakukan pembagian dan pembakaran ayam-ayam barulah pemerintah turun tangan mengurangi suplai.
Kebijakan itu padahal terbukti, harga di tingkat peternak kemudian membaik.
Ia memaparkan pada bulan Juni 2019 masuk ayam hanya sekitar 230 juta kilogram, saat bulan Juli bagus, peternak rakyat untung.
Tapi Juli dan Agustus tidak ada pemangkasan lagi, akhirnya bulan agustus september hancur lagi. September 230 juta lagi, Oktober bagus lagi.
"Bagus itu bukan melebihi acuan kemendag, tapi peternak bisa dapat untung. Tapi tidak dipakai lagi jadi data yang benar. Bulan Oktober ngawur, sampai Desember. Sebenernya Februari sudah juga dikurang tapi sudah kedahuluan wabah corona," keluhnya.
Parjuni mengatakan, over supply ayam ini sudah terjadi saat pasar dibanjiri DOC (Day Old Chicken). Tapi seringkali tidak diakui pemerintah.
"Kalau di rapat, diakui bahwa DOC nggak over supply tapi over di livebird (ayam hidup) saja. Padahal over supply pasti sudah dimulai dari DOC. Tapi diplintir bahwa ngga ada over di DOC tapi hanya livebird. Memangnya livebird asalnya dari bata merah? Livebird kan asalnya dari DOC, sumber over supply ya dari DOC, bukan bersumbernya livebird," ujarnya.
Akibat pemerintah yang tutup mata dengan kondisi peternak membuat peternak seperti 'mayat hidup'.
Baca: Rahasia Ayam Goreng Tepung Crispy, Intip Hasilnya pada Percobaan 9 Jenis Tepung, Mana Paling Renyah?
Baca: Kenang Glenn Fredly, Gading Marten Ungkap Rahasia Saat Lamar Sang Mantan Istri, Gisella Anastasia
"Banyak orang pajak bertanya usaha rugi tapi kok jalan. Kami ini seperti mayat hidup. Kami hanya menjalankan uangnya pabrik," katanya.
Ia menggambarkan, adanya kelonggaran pabrik yang jatuh tempo bisa 2-3 bulan bahkan 100 hari membuat peternak bertahan.