News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ngobrol di Webinar UBL, Jurnalis BBC Ini Beberkan Pengalaman Hadapi Kondisi New Normal di Inggris

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Endang Nurdin, jurnalis BBC Siaran Indonesia di London.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inggris menjadi salah satu negara di Eropa yang juga terdampak pandemi virus Covid-19.

Endang Nurdin, jurnalis senior BBC London dan anak laki-lakinya, Ardhito Widjono, yang menjadi dokter dan bertugas di Rumah Sakit Barnet, London, membeberkan saat ini masyarakat di sana juga memasuki fase new normal.

Membagikan pengalamannya di acara Webinar #newsnormalseries Universitas Budi Luhur bertema “New Normal Story From London”, Ardhito Widjono menuturkan sejak awal juni protokol the new normal mulai diterapkan di kota London, Inggris.

Baca: Pria Ini Habiskan Waktu Sendirian di Hotel Mewah Barcelona selama Lockdown

Baca: WHO: Pakistan Harus Berlakukan Kembali Lockdown untuk Mengekang Virus Corona

New normal diberlakukan di sana setelah 2 bulan menjalani lockdown sejak 23 Maret 2020.

Tempat wisata seperti pantai juga mulai penuh sesak dengan warga yang ingin menikmati matahari.

Pemerintah Inggris sendiri menetapkan key worker status untuk seluruh wartawan sehingga harus memberikan informasi tanpa henti terkait pandemi Covid-19.

Jurnalis senior BBC London Endang Nurdin menceritakan, selama fase lock down dirinya harus bekerja dari rumah (work from home atau wfh).

Sebagai jurnalis dia menghadapi beragam tantangan bekerja dengan metode wfh, terutama dalam mencari narasumber dan memproduksi sebuah berita.

Anak laki-lakinya, Ardhito Widjono yang menjadi dokter gugus tugas covid19 bahkan sempat menjadi sumber beritanya.

Saat terjadi puncak pandemi covid19 di bulan April, Ardhito Widjono dokter muda berusia 25 menceritakan betapa berat tugas tenaga medis yang harus menangani pasien covid19 tanpa Alat Perlindungan Diri yang layak.

“Seperti terjun ke medan perang, setiap berjalan di bangsal covid, ada rasa bahaya infeksi yang akan menyerang diri kita. Awal april begitu banyak yang meninggal setiap hari. Rasanya capek luar biasa, capek fisik, mental dan emosional,” curhat Dokter Dito.

Inggris tercatat menjadi negara dengan angka kematian tertinggi ke dua di dunia.

Sebagai seorang ibu Endang Nurdin sempat khawatir dengan kondisi putranya. Bahkan sang ibu sempat menangis saat dokter dito sempat menangani pasien covid tanpa APD yang layak.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini