Anak bungsunya, Deni, juga dipercaya menjadi ketua Karang Taruna. Walaupun begitu, ada satu harapan Suyatmi yang hingga kini belum terwujud.
Suyatmi bersama penyintas 1965 yang lain tetap bersabar menunggu janji
penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat ditepati.
Dia ingin agar pemerintah merehabilitasi nama mereka yang terlanjur tercemar karena cap PKI. Selain itu, dia juga berharap pemerintah lebih memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan para penyintas lansia dan keluarga penyintas.
Kini, Suyatmi beserta anggota SekBer ’65 bisa berinklusi dengan masyarakat sekitar.
Pandangan negatif tentang mereka berangsur-angsur berubah. Mereka mulai dilibatkan dalam kegiatan masyarakat sekitar, seperti rapat desa, dan lain sebagainya.
“Saya akan berjuang sampai titik darah penghabisan saya untuk memperjuangkan hak-hak yang seharusnya kami dapat,” tegas Suyatmi. (Tribun Network/kur/wly)