News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak di Partai Demokrat

Yusril Ihza Mahendra Bantah Pernah Diskusi soal Fee Rp 100 M Jadi Kuasa Hukum Demokrat

Penulis: Shella Latifa A
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kuasa hukum Tim Kemenangan Nasional (TKN) Joko Widodo dan Maruf Amin, Yusril Ihza Mahendra saat akan meninggalkan ruang sidang sengketa pilpres 2019 di Gedung MK, Jakarta Pusat, Kamis (27/6/2019). Dalam sidang tersebut Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan tim hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak mampu membuktikan adanya pelanggaran pemilu melalui penyertaan video sebagai bukti. Dalil-dalil itu pun dimentahkan MK. Tribunnews/Jeprima

"Ya biarin saja orang ngomong begitu, mudah-mudahan menjadi rejeki saya Rp 100 M ya syukur Alhamdulillah," ucapnya.

Demokrat Klaim Punya Bukti Diskusi dengan Yusril soal Fee Rp 100 M

Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengungkapkan, pihak Yusril Ihza Mahendra pernah mematok tarif Rp 100 miliar jika menjadi kuasa hukum partainya. 

Tarif tersebut sebagai jasa hukum, merespons kubu Moeldoko yang melakukan manuver untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat. 

"Mohon maaf kami juga ingin mengetuk logika publik kepada kami, Yusril menawarkan 100 miliar, meminta bayaran 100 miliar yang tentunya bagi kami tolak karena terlalu berlebihan," kata Herzaky saat wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribunnetwork Febby Mahendra Putra dan News Manager Tribunnetwork Rachmat Hidayat, Selasa (5/10/2021). 

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengungkapkan, respons Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat mengetahui AD/ART Demokrat digugat oleh kubu Moeldoko. (screenshot)

Herzaky menceritakan bagaimana tim dari Demokrat bertemu dengan tim dari Yusril. 

Baca juga: Kubu AHY: Kasihan Moeldoko Diporotin Terus Rupiahnya, Kali ini Dengan Yusril

Awalnya, pada Maret 2021 lalu, ada saran bahwa Demokrat membutuhkan pengacara. 

Satu di antara saran tersebut, mengusulkan Yusril menjadi pengacara Partai Demokrat. 

"Setelah ditelaah ada tim yang kemudian berdiskusi dengan timnya Pak Yusril," ujar Herzaky. 

Setelah melakukan diskusi, Herzaky menyebut bahwa muncul patokan tarif sebesar Rp 100 miliar. 

Dan Demokrat menolak tarif tersebut karena dinilai terlalu berlebihan. 

"Kita diskusi, setelah diskusi kemudian muncullah tawaran angka, tawaran angka itu kemudian kami sampaikan jumlahnya seperti itu dan kami ada buktinya," ujarnya.

(Tribunnews.com/Shella Latifa/Chaerul Umam)

Baca berita lain seputar Gejolak di Partai Demokrat

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini