Hal itu karena dalam menentukan harga tes PCR merupakan suatu check and balances yang dapat menghindari kongkalikong permainan harga.
“Ini menegaskan tak mungkin ada kepentingan orang perorang yang bermain dalam tarif PCR. Mekanisme check and balance dari berbagai lembaga ini menutup ruang untuk adanya kongkalikong," kata Arief Rosyid.
Baca juga: Jokowi Diminta Panggil Luhut dan Erick soal Tuduhan Terlibat Bisnis PCR, Pengamat: Bukan soal Untung
Arief menyebut, evaluasi harga PCR secara berkala yang sekarang sudah turun dapat membungkam pihak-pihak yang menuduh sejumlah pejabat negara bisnis PCR.
Sehingga, kata Arief, tudingan adanya permainan harga cenderung bersifat fitnah.
“Berapa banyak orang yang akan ditutup mulutnya oleh mereka yang dianggap berkepentingan tersebut. Sehingga tuduhan-tuduhan tersebut cenderung kepada fitnah," ucapnya.
Lanjut Arif, harga PCR yang sudah lebih murah dari sebelum awal masa pandemi Covid 19 mengindikasikan Industri Kesehatan dalam negeri sudah beradaptasi dengan baik.
“Jika di awal pandemi mahal dan kini bisa lebih murah tentu saja patut kita syukuri. Artinya industri kesehatan kita pelan-pelan mengalami perbaikan dan kemajuan," katanya.
Lebih lanjut, Arief menyebut saat awal mula Virus Covid 19 masuk ke Indonesia, fasilitas Kesehatan Indonesia belum siap menghadapinya.
Namun, kini sudah ada perkembangan yang pesat dari sektor Kesehatan khususnya dalam penanganan Covid 19.
“Sejak awal pandemi saya sebagai Relawan Milenial di bawah Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 melihat langsung betapa sulitnya Indonesia karena memiliki banyak keterbatasan soal fasilitas kesehatan," ujarnya.
Arief menuturkan, ada hikmah di balik Covid 19 yang menyerang Indonesia yakni negara Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain khususnya pada sektor kesehatan.
“Di beberapa sambutan Presiden Jokowi menyampaikan Covid19 selain membawa duka, juga sekaligus mengungkap hikmah agar Indonesia harus bisa mengejar berbagai ketertinggalan khususnya di sektor kesehatan," katanya.