Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga turut menyoroti kritik yang dilayangkan yang kerap dilayangkan PSI ke Anies.
"Kritik yang mengemuka sudah mengarah pada upaya menguliti Anies secara personal," kata Jamiluddin dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu seperti dikutip dari Tribun Bogor.
Lebih lanjut menurut dia, penerapan kritik tersebut memang selalu dilayangkan oleh PSI dan kerap berseberangan setelah Pilkada DKI Jakarta 2017 usai.
Kata Jamiluddin, PSI yang saat itu mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kalah dalam Pilkada tersebut.
Namun tampaknya, hingga sekarang belum dapat menerima kekalahan tersebut.
"Akibatnya, PSI terkesan selalu mencari celah untuk mencari kesalahan Anies. Apa saja yang dilakukan Anies dalam membangun Jakarta tak ada benarnya di mata PSI," tutur Jamiluddin.
"Bahkan senyum Anies yang tulus saja bisa-bisa dinilai ngeledek. Pokoknya, Anies harus dinilai tidak benar, meskipun kerjanya mendapat banyak penghargaan dari lembaga kompeten," sambungnya.
Lebih lanjut kata akademisi Universitas Esa Unggul itu motivasi kritik PSI terhadap Anies sudah diketahui sebagian besar masyarakat.
Karena itu, upaya PSI untuk menyudutkan Anies tampaknya tidak akan berpengaruh terhadap penurunan elektabilitasnya.
"Kritik yang terkesan membabi buta dari PSI bahkan berpeluang besar meningkatkan elektabilitas Anies. Anies bisa saja dinilai masyarakat sebagai sosok yang dizholimi, sehingga semakin bersimpati terhadap Gubernur DKI tersebut," tuturnya.
Kendati demikian kata dia, sikap Anies yang diam terhadap semua kritik PSI sudah tepat.
Sebab menurutnya, dengan meladeni pihak yang dinilai tidak kredibel itu justru akan membuat kredibilitas Anies ikut turun.
Jadi, menurutnya kritik PSI yang tidak abnormal itu sebaiknya dianggap angin lalu saja.
"Biarkan mereka terus mengeritik hingga hilang kendali, sehingga mereka akan menerima efek bumerangnya," tuturnya.
Sumber: Tribunnews.com/Kompas.TV/Tribun Bogor