Pembekuan sel telur dapat memberikan harapan untuk kehamilan di masa depan, tetapi tidak ada jaminan keberhasilan.
Apabila seseorang menggunakan sel telur beku untuk memiliki anak, risiko keguguran terutama akan didasarkan pada usia orang tersebut saat sel telur dibekukan.
Wanita yang lebih tua akan memiliki risiko keguguran yang lebih tinggi, terutama karena memiliki sel telur yang lebih tua.
Penelitian hingga saat ini belum menunjukkan peningkatan risiko cacat lahir pada bayi yang lahir akibat pembekuan sel telur.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan terkait keamanan pembekuan sel telur.
Proses egg freezing
1. Stimulasi ovarium
Seseorang yang melakukan egg freezing akan menggunakan hormon sintetis untuk merangsang indung telur agar menghasilkan banyak sel telur, dibandingkan sel telur tunggal yang biasanya berkembang setiap bulan.
Selama perawatan, dokter akan memantau.
Seseorang akan menjalani tes darah untuk mengukur respons terhadap obat perangsang ovarium.
Kadar estrogen biasanya meningkat saat folikel berkembang dan kadar progesteron tetap rendah hingga setelah ovulasi.
Kemudian, dilakukan prosedur dengan menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar bagian dalam ovarium.
Hal ini bertujuan untuk memantau perkembangan kantung yang berisi cairan tempat sel telur matang (folikel).
Ketika folikel siap untuk proses pengambilan sel telur (umumnya setelah 10 hingga 14 hari) suntikan human chorionic gonadotropin (Pregnyl, Ovidrel) atau obat lain dapat membantu sel telur matang.