Itu pun, kata Menkes Budi, sebelumnya telah ada diskusi panjang bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem A. Makarim.
Sehingga pantas saja jika awal Januari lalu, sebagian daerah telah melakukan PTM 100% di sekolahnya.
"Saya pernah bicara sama Pak Nadiem mengenai (PTM buka berbarengan dengan Omicron) ini sebelum Omicron itu naik."
"Pendidikan tatap muka di Indonesia (cukup) tertinggal dibandingkan negara-negara lain dan losses of opportunity to learn (bagi anak-anak) itu tinggi."
Baca juga: Covid-19 Makin Meroket, Kasus Aktif di DKI Jakarta Tercatat 955
"Dan itu akan memberikan dampak negatif ke depan untuk anak-anak kita," jelas Menkes Budi secara virtual melalui Kompas TV dalam segment Satu Meja The Forum, Rabu (5/1/2022).
Menyikapi hal ini, menurut Menkes Budi, PTM 100% khususnya pada wilayah level 1 dan 2 akan tetap dilanjutkan sambil melihat potensi adanya penemuan kasus aktif Covid-19.
"Kalau ditanya saya seperti apa viewnya, sesudah Omicron naik, pertama saya akan wait and see maksud kita jalanin saja dulu karena memang syaratnya juga tinggi itu."
"(Sebagai contoh) untuk (PTM) 100%, sebanyak 80% (siswa dan guru) harus divaksinasi penuh tubuhnya."
"Dan 50% harus divaksinasi penuh juga orang tuanya. Itu (menurut saya) kriteria yang cukup tinggi," sambung Menkes Budi.
Ini, kata Menkes, adalah bentuk upaya pihak sekolah dan pemerintah benar-benar menjaga terjadinya lonjakan kasus di sekolah.
"Selain itu kita tambahkan semua kelas-kelas itu kita tes secara random dan rutin."
Baca juga: Vaksin Booster Gratis atau Berbayar? Pemerintah Umumkan Keputusannya Pekan Depan
"Dan itu kalau ketemu 1% masih dimaklumin, kalau berapa persen misalnya mencapai 5%, pastinya sekolah di-stop dulu selama 2 Minggu, jadi cukup ketat kriterianya," jelas Menkes.
Belum lagi, kat Menkes, antibodi anak-anak cenderung lebih kuat daripada orang dewasa.
"Kita jalankan dulu, kita lihat perkembangannya kan ada active case finding-nya."
"Kita juga sama tahu kalau ada yang kena anak-anak itu, risiko fatalnya seperseratus dewasa."
"Sangat kecil sekali yang yang masuk rumah sakit dan juga apalagi yang sampai fatal dibandingkan dengan dewasa," terang Menkes Budi.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)