“Pertanian diawali dari benih dan bibit, kalau keduanya berkualitas, pertanian pasti ada di tangan kita. Jangan gunakan bibit yang jelek karena hasilnya pasti jelek, baru dilanjutkan dengan teknologi budidaya lain,” ujar Dedi Nursyamsi dalam seminar tersebut.
Barulah berikutnya pemanfaatan mesin-mesin pertanian, yang dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi sehingga proses produksi bisa lebih cepat.
Terakhir, yakni pemanfaatan Internet of Think (IoT), guna efektivitas waktu.
“Sekarang semua bisa diotomatisasi melalui IoT, seperti pengolahan tanah menggunakan traktor kendali jarak jauh,” sambung Dedi menjelaskan.
Beberapa contoh pemanfaatan smart farming ini telah diaplikasikan di sejumlah politeknik pertanian di Indonesia, misalnya metode hidroponik Water Culture System, dan NFT System (Nutrient Film Technique) oleh Polbangtan Medan, dan budidaya hidroponik dengan Smart Green House di Polbangtan Bogor.
Hadir pula sejumlah narasumber ahli Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia Bayu Krisnamurthi, serta Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI yang juga owner Mitra Tani Parahyangan, Sandi Octa Susila.
Pada kesempatan yang sama dilaksanakan lauching Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta secara simbolis oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dan yang tak kalah pentingnya dilakukanlah penandatanganan MOU antara BPPSDMP Kementan dengan UMJ, sebagai bentuk kerja sama kedua pihak terkait pengembangan profesionalisme Sumber Daya Manusia Pertanian melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.