Salah satunya akan membuat harga gandum dan produk turunannya, meroket.
Pasalnya Ukraina merupakan salah satu negara pemasok gandum bagi dunia.
Untuk diketahui, bagi Indonesia, Ukraina merupakan negara pemasok gandum terbesar kedua setelah Australia.
Baca juga: Hari ke-12 Invasi Rusia ke Ukraina: Pasukan Putin Tingkatkan Serangan, Evakuasi Warga Sipil Gagal
Pada 2021, total nilai impor gandum Indonesia mencapai 3,54 miliar dolar AS.
Impor terbesar adalah dari Australia yang mencapai 41,58 persen atau nilainya sebesar 1,47 miliar dollar AS.
Selanjutnya, impor gandum dari Ukraina sebesar 25,91 persen atau senilai 919,43 juta dolar AS.
Kebutuhan Indonesia akan gandum ini, kata Hergun, membawa Indonesia ke peringkat ke-14 dunia sebagai konsumen gandum terbesar.
2. Fluktuasi nilai tukar
Ekonom Center of Reform on Economics (Core), Yusuf Rendy mengungkapkan konflik dua negara ini juga menyebabkan nilai tukar rupiah akan mengalami depresiasi.
Menyusul juga imbas dari naiknya harga minyak mentah.
Dalam jangka pendek yusuf memperkirakan nilai tukar rupiah berpeluang mengalami pelemahan hingga di level Rp 14.500.
Proyeksi tersebut dipengaruhi oleh beragam faktor.
Diantaranya, seberapa jauh kenaikan harga minyak bisa bertahan lama, baik karena sentimen konflik Ukraina dan Russia, maupun faktor yang lain.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Memicu Bencana Pangan Global
Meski nilai tukar rupiah diperkirakan akan melemah, Yusuf bilang depresiasinya tidak bertahan dalam waktu yang lama.