Ia memperkirakan hanya akan sampai semester II 2022 saja.
Sebab, otoritas terkait seperti Bank Indonesia, lanjutnya, tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Dia mencontohkan, jika nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga level Rp 15.000, maka Bank Indonesia akan melakukan intervensi pasar melalui beragam kebijakan, sperti intervensi di pasar valas hingga menaikkan suku bunga acuan.
“Jadi di akhir tahun nilai tukar Rupiah akan berada di kisaran Rp 14.400 hingga Rp 14.500,” tutur Yusuf, Jumat (4/3/2022), dikutip dari Kontan.co.id.
3. Harga kebutuhan pokok meningkat
Bayu Khrisnammurti, pakar agribisnis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan sejumlah faktor terjadinya inflasi pada harga bahan pokok yang melanda secara global.
Salah satunya dipicu oleh perang antara Rusia dan Ukraina.
"Gara-gara perang, karena Ukraina dan Rusia merupakan penghasil 30 persen gandum dunia sehingga produksi dunia kini turun 30 persen," kata Bayu dalam acara Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Minggu (6/3/2022).
Baca juga: AS dan Eropa Mulai Bahas Pelarangan Impor Minyak Rusia
Jika pasokan gandum terganggu, kata dia, maka akan muncul substitut gandum untuk pangan pada komoditas lain seperti kedelai atau jagung sehingga menyebabkan permintaan meningkat.
Namun Bayu juga menegaskan kenaikan harga bahan pokok juga disebabkan oleh kondisi iklim yang memburuk sejak 2020 dan berdampak hingga sekarang.
Untuk di Indonesia sendiri saat ini tengah di masa paceklik .
(Tribunnews.com/Milani Resti/ Galuh Widya Wardani) (Kontan.co.id/Siti Masitoh)