Melansir Kompas TV, produsen AMDK memiliki program ekonomi sirkuler yang melibatkan masyarakat, bahkan memberikan bimbingan operasional, modal kerja, hingga edukasi mengenai daur ulang kemasan plastik terhadap masyarakat.
Ekonomi sirkular adalah strategi pengelolaan sampah ramah lingkungan yang bertujuan memaksimalkan penggunaan material secara sirkular dengan memulihkan dan menggunakan kembali produk dan bahan sebanyak mungkin secara sistemik dan berulang-ulang, sehingga meminimalisasi produksi sampah.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati memaparkan KLHK mendukung tiga pendekatan pengelolaan sampah yang dipakai yakni pendekatan zero waste melalui perubahan perilaku, pendekatan teknologi, dan pendekatan ekonomi sirkular.
“Ekonomi sirkular adalah solusi yang baik dalam soal penanganan limbah plastik. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, mampu menghemat permintaan sumber daya alam, bisa mengurangi impor bahan baku sampah plastik untuk industri daur ulang yang masih kekurangan, dan mendatangkan nafkah bagi masyarakat pengepul. Sebuah win-win solution,” tegas Vivien.
Program ekonomi sirkular hanyalah satu dari sekian benutk tanggung jawab korporasi yang sejalan dengan peta jalan pemerintah untuk mendorong pengurangan sampah nasional.
Hal tersebut sejalan dengan pasal 6 Peraturan Menteri (Permen) LHK RI No. 75 Tahun 2019 mengenai Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, di mana korporasi dapat berupaya mengurangi sampah dengan pendauran ulang sampah, yakni dengan menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang, atau menggunakan bahan baku produksi hasil daur ulang.
Di samping itu, korporasi juga dapat berperan dalam menyosialisasikan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, misalnya dengan mengedukasi masyarakat untuk berperan dalam pengurangan sampah melalui pemilihan produk dan/atau kemasan produk yang dapat didaur ulang.