TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konvoi pemotor beratribut hijau putih dengan membawa poster dan bendera bertuliskan Khilafatul Muslimin menjadi sorotan.
Belakangan diketahui rombongan itu menyebut dirinya sebagai Khilafatul Muslimin.
Foto konvoi pemotor ini viral di media sosial.
Lokasi konvoi di Cawang, Jakarta Timur, Minggu (29/5/2022).
Mengapa kelompok ini melakukan konvoi?
Khilafatul Muslimin mengklaim sudah menginformasikan agenda yang disebutnya Motor Syiar itu ke Mabes Polri.
Menurut Amir Jamaah wilayah Khilafatul Muslimin Bekasi Raya, Abu Salma, konvoi itu merupakan agenda rutin setiap 4 bulan.
Baca juga: Kelompok yang Konvoi Motor Boyong Poster Khilafah Ternyata Bukan HTI, Densus 88 Turun Tangan
Agenda konvoi itu rutin dilakukan di daerah-daerah di kawasan pulau Jawa.
"Konvoi ini sudah kami sampaikan ke pihak Mabes Polri, kebetulan saya dekatlah dengan pihak-pihak Mabes Polri. sering kami sampaikan kegiatan rutinan, cuma mungkin karena pejabatnya baru jadi wajar lah, kita maklum saja," kata Abu Salma saat dihubungi, Selasa (31/5/2022).
Lalu siapa sebenarnya kelompok Khilafatul Muslimin ini?
Abu Salma mengatakan, konvoi motor itu sebagai upaya Khilafatul Muslimin untuk mensyiarkan Khilafah yang dianggapnya dipahami keliru oleh kebanyakan masyarakat.
Sebagai syiar secara terang-terangan, Khilafatul Muslimin menyebut sistem khilafah tidak selalu menuntut perubahan sistem negara atau berupaya mengambil alih pemerintahan.
"Khilafah ini bukan seperti yang ditakutkan masyarakat. Contoh gampangnya yakni menyiapkan masjid untuk salat, wadah untuk orang shalat, ada orang yang lewat dia enggak shalat ya monggo, yang shalat ya alhamdulillah, kan begitu. Mestinya jangan mengklaim khilafah ini radikal, teroris, dan sebagainya," terang Abu.
Abu Salma mengaku konvoi kemarin dilakukan bersama dengan Amir Khilafatul Muslimim DKI Jakarta, Abudan.
Ia menyebut kegiatan itu merupakan agenda yang dikoordinir amir di wilayah Pulau Jawa yang menjadi satu kesatuan di bawah komando Amin Daulah Jawa, Ustaz Hamzah Sat.
"Sifatnya sebatas Pulau Jawa, jadi belum tentu di Sumatera melaksanakan motor syiar juga. Tapi kalau kita memang sepakati bersama bisa bersamaan juga bareng, Daulah Sumatera, Jawa, Timur, biasanya begitu," jelas Abu Salma.
Lalu Adakah hubungannya dengan HTI?
Abu Salma mengatakan motor syiar khilafah ini dilakukan Khilafatul Muslimin agar masyarakat lebih terbuka dengan Khilafah dalam bentuk yang kompleks.
Abu menyebut kegiatan itu agar tak ada anggapan lagi kelompoknya dinilai terkesan eksklusif atauunderground.
Ia juga menegaskan jika Khilafatul Muslimin tak terkait dengan organisasi terlarang seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) serta Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Jadi kita sebetulnya ingin lebih transparan soal Khilafah ini, enggak sembunyi-sembunyi seperti zaman dulu. Istilah ekstremnya dibilang kelompok yang underground, nah kita ini terbuka. Tapi kalau ini baik, benar, ya harus kita sampaikan lah ke publik," ujar Abu Salma.
Tanggapan Polisi
Sebelumnya, Sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan sekelompok pemotor yang tengah konvoi dengan membawa sejumlah atribut khilafah.
Video itu diunggah oleh akun Twitter @Miduk17 itu menyebut konvoi pesepeda motor yang mayoritas menggunakan pakaian berwarna hijau itu berjalan di kawasan Cawang, Jakarta Timur pada Minggu (29/5/2022) sekira pukul 09.14 WIB.
Dari video yang viral itu, terlihat seorang pengendara membawa atribut bertuliskan 'Sambut Kebangkitan Khilafah Islamiyah'.
Menanggapo hal, itu Polda Metro Jaya menyebut konvoi berbendara Khilafah itu tidak dibenarkan di Indonesia.
"Terkait dengan adanya video yang di media sosial, terkait adanya patroli kendaraan bermotor membawa tulisan Khilafah, tentu hal ini tidak dibenarkan," kata Zulpan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (30/5/2022).
Zulpan menyebut, kegiatan pemotor itu tidak dibenarkan secara aturan di Indonesia.
Hal itu karena Indonesia tidak menganut sistem ideologi Khilafah sebagai dasar negara.
"Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan peraturan dan juga apa yang menjadi ketentuan di dalam perundang-undangan kita bahwa bangsa Indonesia ini bukan berdasarkan Khilafah. Jadi Polda Metro Jaya tentunya akan mendalami video tersebut," katanya.
Densus 88 Turun Tangan
Tim Densus 88 Antiteror Polri turun tangan memantau aksi konvoi puluhan motor yang membawa poster Khilafah Islamiyah.
"Densus 88 sudah monitor," kata Kabag Banops Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar saat dikonfirmasi Tribunnews.com.
Aswin menuturkan, pihaknya masih menyelidiki terkait aksi tersebut.
Khususnya, apakah ada kaitannya aksi tersebut dengan dugaan tindak pidana terorisme.
"Kami masih menyelidiki peristiwa ini dengan bekerja sama dengan unit kepolisian terkait lainnya," pungkasnya.
Tanggapan PBNU
Ketua PBNU Ahmad Fahrurrozi atau biasa disapa Gus Fahrur menjelaskan tentang rombongan pemotor yang viral memamerkan atribut khilafah di Jakarta Timur.
Apalagi, peristiwa itu terjadi jelang 1 Juni yang diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
“Ya itu harus dipanggil dan ditertibkan, bahwa ideologi khilafah bertentangan dengan konsensus nasional NKRI,” ujarnya kepada Kompas.TV lewat pesan WhatsApp, Selasa (31/5/2022).
Lebih lanjut, Gus Fahrur juga menegaskan bahwa pengusung ideologi khilafah adalah kelompok yang terjebak romantisme masa lalu.
“Mereka orang yang terjebak romantisme (khilafah) masa lalu, hari ini sudah tidak mungkin dapat dilakukan lagi,” katanya.
Gus Fahrur pun mencurigai ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menggunakan momentum ini.
“Mungkin ada pihak yang menyuruh mereka melakukan itu. Saya kurang faham (Detil siapa yang menyuruh-red) dan berharap pihak intelijen keamanan negara yang bertindak agar bisa menelusuri akar kelompok ini,” ujarnya.
Gus Fahrur lantas mengingatkan, HTI sebagai organisasi dilarang di Indonesia.
“Padahal sudah jelas HTI dilarang di Indonesia. Bentuk negara kesatuan republik Indonesia sudah final bagi kita ummat muslim Indonesia,” kata dia.
Pengasuh Ponpes An Nur 1 Bululawang, Malang, Jawa Timur itu juga menjelaskan, seharusnya masyarakat Indonesia bersyukur Indonesia menolak khilafah.
Sumber: Tribunnews.com/Kompas.TV