Kontroversi poligami pernah ramai dan menjadi polemik di ranah Minang tahun 1930-an.
Poligami ini berakibat pada meningkatnya angka kawin cerai.
Rasuna Said menganggap, kelakuan ini bagian dari pelecehan terhadap kaum wanita.
Baca juga: Profil Frans Kaisiepo, Pahlawan yang Terdapat di Uang Kertas Rp 10.000 Baru TE 2022
Perjuangan Politik
Awal perjuangan politik Rasuna Said dimulai dengan beraktivitas di Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris cabang.
Sarekat Rakyat (SR) kemudian menjelma menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia).
Pada tahun 1926 terjadi gempa hebat di Padangpanjang dan Rasuna pulang Kembali ke Mininjau.
Di tanah kelahirannya itu, ia belajar di sekolah yang dipimpin oleh H. Abdul Majid dari golongan Kaum Tua.
Karena tidak memperoleh keserasian jiwa, akhirnya ia pindah belajar di Sekolah “Thawalib” di Payinggahan Maninjau yang didirikan oleh perkumpulan Islam “Sumatra Thawalib” yang menganut paham nasionalisme dan berhaluan radikal.
Ia lalu mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930.
Rasuna Said juga mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan PERMI.
Setelah mengajar beberapa tahun, ia kemudian mendirikan Sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di Bukittinggi.
Baca juga: Profil KH Idham Chalid, Pahlawan dalam Uang Baru Rp 5.000: Ulama dan Politikus Muslim Indonesia
Rasuna Said Ditangkap oleh Belanda
Dalam perjuangannya, Rasuna Said sangat mahir berpidato untuk mengecam pemerintahan Belanda.